Dongeng Untuk Putri (2)

Posted by Diah Chamidiyah Blog on Senin, 02 Januari 2012

Dongeng Untuk Putri
Hari Kedua

Putri adalah gadis kecil berusia empat tahun. Mukanya bulat, dengan hidung mungil dan gigi yang habis dibagian depan, istilah orang Jawa, gigis. Rambutnya hitam lebat dan lurus, kontras dengan warna kulitnya yang putih. Matanya juga agak sipit, mirip orang China. Dia sudah pandai berhitung satu sampai dua puluh, menulis namanya sendiri dan juga kata-kata sederhana. Dia juga pandai membaca hingga huruf O. Dia suka menggambar dan mewarnai. Ketika di TK nya ada lomba mewarnai, Putri memperoleh juara dua. Sejak masih di Play Group, yaitu masa belajar sebelum TK, Putri tidak pernah ditunggui. Dia hanya diantar dan dijemput ketika sekolah. Karena hal itu, ketika Play Groupnya mendapat undangan untuk berlomba di Kabupaten, maka Putri pun diikutsertakan. Jadi sudah ada satu medali dan satu piala karena mengikuti lomba. Putri juga pernah membacakan puisi di depan bapak Bupati, pada usia tiga tahun!

Putri suka bermain game di komputer. Dia juga bisa mengetik namanya sendiri. Putri juga suka melihat film kartun. Hampir semua film kartun dia hafal. Dari Upin Ipin hingga Sponsbob. Dari Franklin si kura-kura hingga Daigunder, robot dari Jepang. Dia suka mengikuti lagu-lagu yang ada di film-film. Dia juga suka mengikuti lagu-lagu iklan tv.

Putri anak yang ceria. Baginya setiap tempat merupakan arena bermain. Dia tidak takut jatuh, terjepit pintu atau tergores. Kakinya selalu kena sesuatu. Pernah kaki putri kena knalpot motor yang masih panas, tapi Putri tidak menangis. Dia hanya bilang kakinya sakit. Itu saja! Setiap berjalan dan kebetulan melewati anak tangga, Putri akan berjalan sambil melompat, seperti kodok katanya.

Jika sedang sakit, Putri juga mudah meminum obat. Sepahit apapun obat itu, dia tetap mau meminumnya. Hanya satu yang dia takutkan, jarum suntik!. Nah sekarang saya cerita tentang ketakutan Putri pada  jarum suntik

Jam 09.30 WIB, Putri pulang dari sekolah. Setelah mengganti seragam sekolah dengan baju berlengan pendek yang berwarna pink (warna kesukaan Putri), saya pun mengantar Putri ke Posyandu. Sebelumnya, saya sudah di SMS mamanya agar menjemput Putri dan mengantarkannya ke Posyandu untuk mengikuti immunisasi atau lebih dikenal dengan PIN, Pekan Immunisasi Nasional. Karena pesan tersebut, saya pun menjemput Putri di TK. Ketika melihat saya yang menjemput, Putri terlihat senang sekali. Sebelum sampai di Posyandu, sayapun memberi tahu Putri bahwa dia harus diimmunisasi, yaitu menelan vitamin A dan disuntik. Dengan marah, Putri menjawab

“ Aku nggak mau disuntik!”

“Disuntik tidak sakit kok, seperti digigit semut.” Kataku sambil membujuk

“Pokoknya aku nggak mau disuntik!” katanya makin marahi

“Kalau tidak mau disuntik, nanti Putri bisa kena polio, kakinya menjadi kecil, dan kalau jalan memakai tongkat, bagaimana? Mau jalannya pakai tongkat?” kataku sambil terus membujuk. Putri pun diam saja sambil cemberut

“Ya sudah, kalau tidak mau immunisasi, Budhe pulang ya.” Kataku sambil berpamitan pada ibuku, Eyangnya Putri

“Budhe, aku ikut ke rumah Budhe...” teriak Putri dari dalam kamar

“Kalau ikut, harus mau di immunisasi ya.”

Putri hanya diam dan langsung naik ke sepeda motorku.

Selama perjalanan, saya terus membujuk Putri agar mau di immunisasi. Pekerjaan yang sangat sulit adalah menggoyahkan keyakinan Putri. Jadi, dengan pelan-pelan saya terus membujuknya dengan cara menceritakan akibat anak yang tidak mau ikut immunisasi.

Sampai didepan Posyandu,

“Aku nggak mau di suntik!” kata Putri sambil tetap nongkrong diatas sepeda motor

“Yang penting turun dulu, lihat didalam. Apakah teman-teman Putri menangis ketika disuntik atau tidak.” Kataku sambil menggendong Putri

‘Uft, lumayan berat juga sih....’

Sampai didalam Posyandu, Putri melihat seorang anak laki-laki yang menjerit ketika lengannya disuntik oleh Bidan. Putri pun semakin keder. Dia menutupi ketakutannya dengan memasang wajah galak.

Akhirnya, tiba giliran Putri untuk disuntik. Dia menjerit dan meronta ketika lengannya dipegang oleh Bidan untuk disuntik. Vitamin A yang diteteskan ke mulut sudah berhasil tertelan, tapi yang susah adalah mengendalikan dia ketika akan disuntik. Sambil meronta dan menjerit, Putri pun dengan sukses mencakar Bidan yang sedang bertugas.

“Sudah mbak, nanti dirumah Budhe Lim saja, biar dia yang menyuntik Putri.” Kataku sambil menghapus keringat yang bercucuran. Kasihan juga melihat Bu Bidan yang kena cakar Putri. Budhe Lim juga seorang bidan, yang tempat tugasnya bukan di desa Putri.

“Baik mbak, Nah Putri, disuntiknya dirumah Budhe Lim saja ya.” Katanya sambil mengelus-elus pipinya yang tampak memerah.

Sambil menggandeng tangan Putri yang masih meraung-raung, aku pun berjalan menuju tempat parkir sepeda motorku. Baru beberapa langkah, tampak Papa Putri tergesa-gesa menghampiri.

“Sudah di immunisasi?”

“Vitamin A sudah, yang belum adalah Polio, sebab harus disuntik.”

“Ah, masak sudah besar takut sama jarum suntik?” katanya sambil menggendong Putri yang masih terisak-isak, dan membawanya kembali ke Posyandu.

Sambil tetap menggendong Putri,

“Langsung saja suntik mbak.” Kata Papa Putri pada Bidan

Akhirnya Putri pun berhasil disuntik.

-*-

Karena insiden suntik, maka Putri tidak mau main game dan hanya tiduran sambil melihat TV.

“Nah, sekarang Putri harus makan dulu, kemudian minum obat, supaya tidak panas ya, kan habis disuntik.”

“Huwa....hu...hu....hu...”

Putri pun kembali menangis dengan kencang.

“Obatnya mau dihaluskan atau nggak?” kataku tak memperdulikan tangisannya yang tetap kencang

“Di ... ha...lus...in...Budhe...” katanya sambil menahan isak tangis.

Saya pun mulai menyuapi Putri makan siang dengan lauk yang sangat disukai Putri yaitu nugget ayam. Setelah makannya habis, giliran obat turun panas yang harus diminumnya, supaya tidak panas setelah di immunisasi.

Immunisasi sendiri adalah proses penambahan kekebalan tubuh atau vaksinasi untuk melindungi tubuh dari beberapa penyakit berbahaya, diantaranya penyakit Polio, Dipetri, Pertusis, Tetanus, TBC, dan Campak.

Setelah lelah bermain dan menonton TV,

 “Tolong buatin susu, Budhe...” katanya sambil tiduran di lantai

“Baik, tapi Putri naik dulu ke tempat tidur, nanti Budhe akan menyusul.”

Tiba-tiba terdengan bunyi gedebuk dari dalam kamar.

“Apa yang jatuh, Put?” tanyaku sambil berlari ke kamar

“He...he..he... tidak ada yang jatuh Budhe, Putri hanya loncat-loncat diatas kasur.” Jawabnya sambil tertawa riang.

“Sudah dulu loncatnya, sekarang tidur siang.” kataku sambil mengacungkan botol susunya

“Mau... mau...mau...” kata Putri sambil meraih botol susunya. Dan membaca doa sebelum makan,

 “Allahumma bariklana fi ma rozaktana wa kina adzabannar.”

Setelah itu, Putri pun meminum susunya. Beberapa menit kemudian, susu dalam botol telah habis. Sambil menyerahkan botol susu,

“Ceritai Budhe!” katanya sambil berbaring dan memeluk boneka beruang kesayangannya

“Baik, cerita apa?” tanyaku sambil mengelap keringat didahinya

“Cerita Gajah ...”

“ Dengarkan baik-baik ya...

Pada suatu hari, tampak sekawanan gajah sedang berjalan di dalam hutan. Gajah adalah binatang yang berbadan besar, telingannya lebar, dan hidungnya panjang. Belali nama hidung gajah. Diantara rombongan kawanan gajah itu, terdapat pula gajah-gajah yang masih kecil. Meraka adalah anak-anak gajah,yang bermain kejar-kejaran disekeliling kawanan. Tampak seekor anak gajah yang berwajah murung. Dia tidak ikut bermain bersama teman-temannya. Ibunya dengan heran bertanya,

“Kenapa kamu tidak ikut bermain, Gaby?”

Gaby hanya berjalan sambil tertunduk. Dia ingat kejadian kemarin di padang rumput ketika sedang bermain-main dengan kawan-kawannya.

“Hore, sekarang Gaby yang jaga....” teriak teman-temannya dengan riang

Gaby pun berjalan kearah pohon dan menutupkan matanya di batang pohon sambil menghitung...

“ Satu.... dua ..... tiga..... empat....”

Gaby terus menghitung hingga seratus, sedangkan kawan-kawannya segera berlari mencari tempat bersembunyi. Setelah hitungan ke seratus,

‘Kemana kawan-kawan bersembunyi ya?’ batin Gaby sambil berkeliling padang rumput. Sepi, tak ada satu pun kawannya yang kelihatan. Gaby adalah anak gajah yang suka menendang dan menonjok, jadi teman-temannya ingin memberi pelajarn pada Gaby agar tidak main tangan lagi. Mereka pun bersembunyi di tempat yang hampir tak terlihat.

Gaby terus berjalan hingga jauh kedalam hutan. Sampai ditengah hutan, Gaby merasa takut, dia pun mulai menangis terisak-isak. Semakin lama tangisan Gaby semakin kencang. Apalagi hari sudah semakin sore, sebentar lagi malam akan menjelang.

Sebenarnya, teman-teman Gaby tidak terlalu jauh bersembunyi. Mereka bersembunyi disekitar padang rumput, dibalik pohon besar, didalam batang pohon yang sudah keropos, dan didalam lubang tanah. Tapi Gaby tidak mau bersusah payah mencari ditempat-tempat tersebut, bahkan dia memilih masuk kedalam hutan. Akibatnya Gaby menjadi tersesat.

Hari pun beranjak malam...

Terdengar suara-suara yang sangat menakutkan. Gaby semakin merasa takut dan juga lapar. Dia hanya sempat makan di pagi hari sebelum bermain. Karena asik bermain, maka dia lupa untuk pulang makan siang.

Tiba-tiba tampak bayangan besar yang semakin lama semakin mendekati tempat Gaby bersembunyi. Gabypun terdiam ketakutan, dia mengira yang datang adalah raksasa yang akan memekannya.

“Gaby.... Gaby...Gaby... kamu dimana?” teriak suara-suara dikejauhan

Gaby tidak berani menjawab, karena bayangan tersebut sudah semakin dekat pada tempatnya bersembunyi.

“Siapa disana?” terdengar suara yang sangat besar dan berat.

Gaby semakin ketakutan, tak terasa Gaby pun mengompol

Setelah beberapa menit kemudian,

“O... jadi kamu yang bikin geger seluruh hutan?” kata suara itu

Gaby pun membuka matanya

“I..iya, aku jangan dimakan ya..” kata Gaby ketakutan

“Ha...ha...ha...”

Akhirnya Gaby pun bertemu kembali denngan orangtunya. Dan kawan-kawan Gaby pun dimarahi orang tua mereka. Sebab itulah Gaby tidak lagi berani bermain-main dengan teman-temannya, karena dia yang menyebabkan teman-temannya dimarahi.

Setelah sampai di padang rumput, semua kawanan gajah pun menyebar untuk mencari makan, yaitu rumput.

Gaby pun hanya menyendiri. Karena bosan, Gaby berjalan-jalan sendirian. Dia tidak memperhatikan sekitarnya. Tak terasa Gaby hampir masuk hutan lagi. Dia melihat dari balik rimbun pohon ada seekor singa mengintai Elpy yang sedang bermain petak umpet.

Gaby segera berlari ke kawanan gajah, dan mencari Ibu Elpy.

Sambil ngos-ngosan, Gaby memberitahu ibu Elpy,

“Bu, Elpy sedang diincar Singa yang sangat besar, bu... “

Segera Ibu Elpy membunyikan belalinya, seperti terompet untuk memberi tahu kawanan gajah yang lain, dan segera berlari mencari Elpy.

Akhirnya Singa tersebut berhasil diusir oleh kawanan gajah, dan Elpy pun selamat.

“Terima kasih Gaby, kamu telah menyelamatkan nyawaku.” Kata Elpy

“Sama-sama, aku juga minta maaf sering membuat kamu jengkel.” Kata Gaby

Sejak hari itu, Gaby menjadi anak gajah yang baik, dan suka menolong.

“Nah, ceritanya sudah selesai, sekarang waktunya tidur siang.” Kataku sambil membetulkan letak selimut dan bantal.

“Makanya jadi anak tidak boleh nakal, kaki dan tangan tidak untuk menendang orang lain atau menonjok, nanti dijauhi teman, ya...” kataku. Putri pun hanya mengangguk. Tanpa banyak protes, Putri pun membaca doa dan mulai menutup matanya. Dia kelihatan sudah sangat mengantuk, mungkin akibat dari obat yang tadi diminumnya.

Bersambung ke hari selanjutnya ....

Jumlah kata 1615

Blog, Updated at: 11.04

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Followers