Dongeng Untuk Putri (1)

Posted by Diah Chamidiyah Blog on Minggu, 01 Januari 2012

Dongeng Untuk Putri
Hari Pertama

Putri adalah gadis kecil berusia empat tahun. Mukanya bulat, dengan hidung mungil dan gigi yang habis dibagian depan, istilah orang Jawa, gigis. Rambutnya hitam lebat dan lurus, kontras dengan warna kulitnya yang putih. Matanya juga agak sipit, mirip orang China. Dia sudah pandai berhitung satu sampai dua puluh, menulis namanya sendiri dan juga kata-kata sederhana. Dia juga pandai membaca hingga huruf N. Dia suka menggambar dan mewarnai. Ketika di TK nya ada lomba mewarnai, Putri memperoleh juara dua. Sejak masih di PlayGroup, yaitu masa belajar sebelum TK, Putri tidak pernah ditunggui. Dia hanya diantar dan dijemput ketika sekolah. Karena hal itu, ketika Play Groupnya mendapat undangan untuk berlomba, maka Putri pun diikutsertakan. Jadi sudah ada satu medali dan satu piala karena mengikuti lomba. Pernah pula membacakan puisi di depan bapak Bupati, pada usia tiga tahun!

Putri suka bermain game di komputer. Dia juga bisa mengetik namanya sendiri. Putri juga suka melihat film kartun. Hampir semua film kartun dia hafal. Dari Upin Ipin hingga Sponsbob. Dari Franklin si kura-kura hingga Daigunder, robot dari Jepang. Dia suka mengikuti lagu-lagu yang ada di film-film. Dia juga suka mengikuti lagu-lagu iklan tv.

Putri anak yang ceria. Baginya setiap tempat merupakan arena bermain. Dia tidak takut jatuh, terjepit pintu atau tergores. Kakinya selalu kena sesuatu. Pernah kaki putri kena knalpot motor yang masih panas, tapi Putri tidak menangis. Dia hanya bilang kakinya sakit. Itu saja! Setiap berjalan dan kebetulan melewati anak tangga, Putri akan berjalan sambil melompat, seperti kodok katanya.

Jika sedang sakit, Putri juga mudah meminum obat. Sepahit apapun obat itu, dia tetap mau meminumnya. Hanya satu yang dia takutkan, jarum suntik!. Nah untuk cerita tentang jarum suntik, akan saya ceritakan pada kisah dilain waktu.

Jam 09.30 WIB, Putri pulang dari sekolah. Setelah mengganti seragam sekolah dengan kaos dan celana pendek, Putri akan datang kerumah saya. Rumah Putri hanya berjarak 2 KM dari rumahku. Tentu saja dia datang dengan diantar oleh ayahnya atau oleh pegawai ayahnya. Ketika datang kerumah saya, benda yang pertama kali dia pegang adalah laptop.  Main game ayam frenzi katanya. Dia akan bermain game hingga jam 10.00WIB. Sambil bermain game, saya pun menyuapi makan siang

Setelah berganti main beberapa game, acara Putri selanjutnya adalah melihat film di spacetoon, dari film Franklin si kura-kura hingga terakhir film Daigundar. Berarti waktu yang dihabiskan nonton film adalah 2 jam, alias 120 menit. Jika tidak dihentikan, Putri akan menonton tv hingga malam hari. Nah, ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB, saatnya bagi Putri untuk tidur. Televisi pun saya matikan.

“Tolong buatin susu, Budhe...”

“Baik, tapi Putri naik dulu ke tempat tidur, nanti Budhe akan menyusul.” Kataku

Putri memang anaknya adikku, jadi dia memanggil  saya dengan sebutan Budhe.

Tiba-tiba terdengan bunyi gedebuk dari dalam kamar.

“Apa yang jatuh, Put?” tanyaku sambil berlari ke kamar

“He...he..he... tidak ada yang jatuh Budhe, hanya loncat-loncat diatas kasur.” Jawabnya sambil tertawa riang.

“Sudah dulu loncatnya, sekarang tidur siang, mau minum susu, tidak?” kataku sambil mengacungkan botol susunya

“Mau... mau...mau...” kata Putri sambil meraih botol susunya.

“ Baca doa sebelum makan dulu.” Kataku

“Allahumma bariklana fi ma rozaktana wa kina adzabannar.”

Setelah itu, Putri pun meminum susunya. Beberapa menit kemudian, susu satu botol telah habis. Sambil menyerahkan botol susu:

“ Ceritai Budhe!” katanya sambil berbaring

“Baik, cerita apa?” tanyaku

“Cerita Si Kancil....”

“ Dengarkan baik-baik ya...

Pada suatu hari, Si Kancil sedang berjalan-jalan. Perutnya terasa lapar karena sejak kemarin belum makan. Musim kemarau yang sangat panjang itu membuat padang rumput tempat Si Kancil dan teman-temannya mencari makan menjadi kering. Akibatnya, banyak penghuni hutan, seperti rusa, kambing, sapi, kerbau, kuda, kelinci dan lain-lain, menjadi kelaparan. Tak terkecuali Si Kancil.

Tak terasa, sampailah Si Kancil di sawah Pak Tani. Sawah PakTani sedang ditanami buah mentimun yang sudah mulai berbuah. Buahnya besar-besar dan berwarna hijau. Kelihatannya sangat segar. Si Kancilpun mulai memetik dan memakan buah mentimun. Sayangnya, Si Kancil hanya memakan ujungnya saja, kemudian sisanya dibuang. Begitu terus hingga banyak buah mentimun yang bersekaran di sawah. Setelah merasa kenyang dan segar, Si Kancil pun kembali ke hutan.

Pada pagi hari, pak Tani pergi ke sawah. Alangkah terkejutnya Pak Tani melihat buah mentimun yang berserakan.

“Hem... siapa yang merusak dan mencuri buah mentimunku ya?” gumam pak Tani sambil membersihkan duah mentimun yang telah dimakan si Kancil.

Setelah membersihkan sawah, pak Tani pun kembali ke rumahnya.

Siang hari, si Kancil kembali lagi ke sawah pak Tani. Si Kancil kembali mengambil buah mentimun dan memakan hanya bagian ujungnya saja. Kembali si Kancil merusak sawah pak Tani. Sore hari, setelah si Kancil merasa kenyang, Si Kancil kembali ke hutan.

Pagi hari, pak Tani pergi ke sawah. Pak Tani kembali terkejut melihat buah entimun yang berserakan di sawah.

“Awas ya... aku harus bisa menangkap pencurinya.” Kata pak Tani di dalam hati sambil membersihkan sawahnya. Beberapa saat kemudian, pak Tani telah kembali ke rumahnya. Dia membuat boneka dari kayu dan jerami. Lalu pak Tani memakaikan bajunya yang telah usang, topi dan kaus tangan. Terakhir, pak Tani memberikan lem disekujur tubuh bonekanya. Setelah selesai, pak Tani kembali ke sawah. Di depan sawah, pak Tani menancapkan bonekanya. Seakan-akan boneka pak Tani sebagai penjaga sawah.

Siang hari yang terik, si Kancil kembali ke sawah pak Tani. Dia terkejut karena di depan sawah terdapat orang yang sedang berdiri.

“Hai.... kamu siapa? Kenapa berdiri di situ?”

Boneka diam saja.

“E..... kok diam saja, awas ya... nanti aku pukul lho!” kata kancil lagi

Boneka tetap diam saja

“Awas ya....” Kata si Kancil sambil mengayunkan kaki depannya

Tiba-tiba.... Sret .... kaki depan Si Kancil menempel dibadan boneka.

“Hai... hai.... lepaskan kaki depanku....” teriak si Kancil

“Lepaskan! Kalau tidak, kamu aku pukul lagi lho!”

Maka si Kancil pun mengayunkan kaki depanya lagi. Dan lagi-lagi kakinya menempel di boneka. Akibatnya, si Kancil tidak dapat berjalan. Bahkan dia menempel di boneka pak Tani.

“Hai... hai... lepaskan dua kakiku, awas ya, nanti kamu kutendang lho!” kata Kancil makin marah

Dueng... Kancil pun menedang dengan kaki kanannya. Seperti halnya kedua kaki depannya, kaki kanan Kancil yang belakang juga menempel pada boneka. Kancil mulai menangis.

“Huh.. huh..huh... awas ya, kamu kok tidak mau melepaskan ketiga kakiku, kamu akan kutendang lagi pakai kakiku yang kiri!” kata Kancil sambil menangis

Dueng... kaki kiri kacil yang bagian bekalang pun menempel pula di boneka pak Tani. Semua kaki Kancil menempel di Boneka. Kancil pun berteriak-teriak sambil menangis

“Huh...huh...huh... lepaskan kakiku.... tolong aku... huh...huh..huh...”

Tapi, tidak ada yang mendengar teriakan si Kancil. Akhirnya siang pun berganti sore. Dan segera matahari tenggelam berganti dengan rembulan. Si Kancil tidak beranjak dari depan sawah pak Tani. Semua  kakinya tetap menempel di boneka Pak Tani. Karena kelelahan, si Kancil pun tertidur.

Pagi harinya, pak Tani kembali ke sawah. Alangkah gembiranya pak  Tani karena telah menangkap pencuri buah mentimunnya.

“Nah, ini dia yang mencuri buah mentimunku!” seru pak Tani dengan gembira. Pak Tani segera mengikat kaki kancil, diikat menjadi satu. Setelah membersihkan dan menyirami sawah, pak Tani segera pulang, sambil membawa kancil yang telah diikat kakinya. Kemudian si Kancil ditaruh dalam kandang, dan pintu kandangpun ditutup dari luar. Lalu pak Tani segera ke dapur, mengasah pisau untuk menyembelih si Kancil.

“Asyik, nanti malam kami sekeluarga akan berpesta sate kancil.” Seru pak Tani dengan gembira

Diluar kandang, tampak Anjing pak Tani hilir-mudik dengan heran. ‘kenapa pak Tani membawa kancil? Jangan-jangan mau dikawinkan dengan anak pak Tani yang cantik jelita!’ kata Anjing dalam hati.

‘Aku yang sudah lama disini akan kalah oleh si Kancil. Huh..’

Setelah pak Tani pergi, segera Anjing mendatangi si Kancil yang ada di dalam kandang.

“Hai Kancil, kenapa kamu ada disini? Kamu mau dikawinkan dengan anak pak Tani yang cantik jelita, ya?” tanya Anjing dengan garang.

Si Kancil hanya tersenyum.

“Awas, kamu belum tahu aku! Kalau iya, maka kamu akan kucabik-cabik, her......!” kata anjing sambil memperlihatkan gigi taringnya yang tajam

Kancil pun mendapatkan ide supaya lolos dari kurungan pak Tani.

“Ah... kasihan kamu Anjing, kamu sudah lama disini, tapi justru aku yang akan dijadikan menantu oleh pak Tani.” Kata Kancil sambil mengejek Anjing.

“Guk... guk... guk... hati-hati kamu, Cil. Kamu akan kugigit sampai berdarah!” ancam Anjing

“Sebenarnya aku juga tidak mau, Jing. Aku dipaksa pak Tani. Kamu mau tukar tempat dengan aku?” kata Si Kancil berpura-pura sedih.

“Beneran Cil? Aku mau tukar tempat dengan kamu. Bagaimana caranya?”

“Gampang, buka saja kunci dipintu itu. Aku tidak bisa membukanya sendiri.”

“Baiklah.” Kata Anjing dengan gembira.

Sambil membuka pintu kandang dengan mulutnya, Anjing membayangkan menjadi menantu pak Tani, pasti mendapatkan banyak makanan yang enak-enak.

“Nah, sekarang, kamu yang masuk kedalam kandang, biar kututup dari luar.” Kata si Kancil degan licik.

Anjing pun masuk kedalam kadang. Segera si Kancil menutup pintu kandang, dan menguncinya dari luar.

“Selamat tinggal Anjing, semoga kamu berbahagia... ha..ha..ha..” kata Si Kancil sambil berlari kedalam hutan.

Setelah selesai mengasah pisau, pak Tani kembali melihat kedalam kandang. Pak Tani terkejut, ternyata yang ada didalam kandang bukan si Kancil lagi, tapi Anjing nya. Pak Tani menjadi marah, dia lalu mengusir Anjing.

“Dasar anjing tak tau diri, Kancil dilepaskan, eh... justru dia yang cari mati.” Gerutu pak Tani dengan marah

”Sial, aku sudah ditipu oleh Kancil, awas kamu Cil, kalau bertemu denganku.” Kata Anjing dengan jengkel

Anjing pun berlari kedalam hutan, menyusul si Kancil. Dia sangat marah karena telah ditipu oleh si Kancil.”

“Ceritanya sudah selesai....” kataku

“Jadi, kita tidak boleh mencuri. Nanti seperti Si Kancil, yang dihukum, ya.” Kataku sambil merapikan bantal Putri.

“Nah, sekarang saatnya tidur. Kan ceritanya sudah selesai.” Kataku sambil menyelimuti Putri

“Nyanyi dulu Budhe...” kata Putri dengan antusias

“Nyanyi apa?”

“SI Kancil anak nakal Budhe..” seru Putri dengan antusias

“Oke, kita bernyanyi bersama-sama, ya!” kataku

“Satu, dua, tiga...”

“Si Kancil anak nakal

Suka mencuri timun

Ayo kawan dikejar

Jangan diberi ampun

La.. la..la..la..la..la

La.. la.. la.. la.. la...”

Keras sekali Putri menyanyikan lagu Si Kancil sambil bertepuk tangan. Jadi makin ramai suara dari dalam kamar. Setelah selesai...

“Nah, sekarang, baca dulu doa sebelum tidur.” Kataku

“Bismika Allahumma ahya wa amut.” Kata Putri sambil menengadahkan tangannya.

“amin............”

Putri pun memejamkan matanya. Terbang ke alam mimpi J

JUMLAH KARAKTER ADALAH : 1.658

Blog, Updated at: 07.35

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Followers