Shine Putri yang Durhaka (cerpen)

Posted by Diah Chamidiyah Blog on Minggu, 01 Mei 2011

Di bawah kaki gunung Maha Tinggi, hiduplah seorang ibu dan anak perempuannya yang menginjak remaja. Shine nama gadis itu. Dia tumbuh menjadi seorang gadis yang jelita. Dialah satu-satunya putri ibu Ranti, setelah suaminya meninggal karena wabah penyakit kusta yang menyerang desa mereka. Shine masih sangat kecil sewaktu ayahnya meninggal dan sejak saat itu, ibu Ranti berjuang dengan sekuat tenaga untuk bisa menghidupi diri dan anaknya.
Untunglah ibu Ranti mempunyai kesaktian yang tidak dimiliki oleh orang lain. Ketika masih muda ibu Ranti, mendapat anugerah dari Yang Maha Kuasa berupa kesaktian dalam memasak dan membuat pakaian, baik dengan cara dijahit maupun ditenun. Kesaktian ibu Ranti sudah terkenal hingga pelosok negeri, sehingga banyak yang meminta untuk dibuatkan makanan dan pakaian. Ibu Ranti mendapatkan kesaktian tersebut karena ibu Ranti orang yang sangat rajin dan baik budi. Kesaktiannya ini hanya dapat diberikan pada keturunannya. Jika hal itu dilakukan maka kesaktiannya sudah berpindah, ibu Ranti sendiri akan kehilangan kesaktian tersebut. Shine sangat disayang dan dimanja, apa yang jadi permintaannya pasti dikabulkan oleh ibunya, walau dengan susah payah. Bahkan sering kali ibu Ranti bekerja sendiri karena Shine lebih suka bermain dan bersolek dari pada membantu ibunya bekerja. Tapi hal ini tidak pernah membuat ibu Ranti marah dan mengeluh. Beliau sudah berjanji pada mendiang suaminya akan menjaga anak semata wayang mereka dengan baik. Sementara di negeri seberang, Negeri Kaya Raya, sang Pangeran Hero sedang memilih calon istri, maka disebarlah pengumuman ke mana-mana. Semua gadis dapat mengikuti sayembara  yang diadakan oleh Pangeran Hero. Syarat sayembara yang dicantumkan tidaklah mudah, karena Pangeran menginginkan seorang istri, selain cantik juga harus pandai memasak dan menjahit layaknya wanita sejati. Gadis-gadis menyambut antusias sayembara Pangeran Hero. Berita tersebut juga telah sampai ke desa tempat tinggal Shine. Shine pun mempunyai keinginan yang sama dengan kebanyakan gadis untuk mengikuti sayembara tersebut. “Ibu aku ingin mengikuti sayembara Pangeran Hero” Kata Shine menjelang tidur. “Siapa tahu kalau aku terpilih sebagai istri Pangeran, maka kehidupan kita akan berubah” lanjutnya. “Shine, Ibu setuju saja tapi syarat dari sayembara tersebut  berat, kamu sendiri tidak pernah membantu Ibu memasak atau menjahit.” Kata ibu Ranti. “Shine tahu Ibu, tolonglah Shine Bu, ajari Shine biar bisa seperti Ibu, dan Shine bisa bersaing dengan peserta sayembara lainya. Kalau Shine menang dan menjadi istri pangeran, kita berdua bisa hidup bahagia, dan Ibu tidak perlu membanting tulang lagi.” Kata Shine dengan manja. Shine pun beranjak untuk tidur. Ibu Ranti termenung, dia teringat pesan ketika menerima kesaktian tersebut. ”Kesaktian kamu hanya bisa diberikan pada keturunanmu.”
“Ah… mungkin ini saat yang tepat melepaskan kesaktianku untuk kuberikan pada anak semata wayangku, toh aku sudah tua dan aku ingin menikmati masa tuaku berbahagia dengan Shine.” Pikir Ibu Ranti. Tengah malam, ibu Ranti beranjak ke kamar Shine. “Nak bangunlah,” kata ibu Ranti membangunkan Shine. “Ada apa Bu, aku ngantuk sekali” Kata Shine. “Bangunlah aku akan memberikan kesaktianku, bukankah kamu ingin mengikuti sayembara Pangeran Hero?” “Benarkah Bu?” kata Shine dengan riang. Kantuknya pun sudah lenyap. “Ketahuilah Nak, Ibu rela melepaskan semua kesaktian Ibu kepadamu, besok kamu sudah pasti sangat ahli menjahit dan memasak seperti Ibu. Ikutilah sayembara tersebut.” Kata ibu Ranti. Kemudian ibu Ranti memegang kepala Shine dan berdoa. Pagi sekali Shine sudah berangkat untuk mengikuti sayembara Pangeran Hero, diiringi doa ibunya. ”Hati-hati di jalan Nak,beri kabar pada Ibu jika sayembaranya sudah selesai.” Kata ibu Ranti dengan berlinang air mata, rasanya berat melepas anak semata wayangnya.
***
Banyak sekali gadis-gadis yang mengikuti sayembara, Shine gembira dengan kepandaian yang mendadak dia miliki, dia menjadi mahir memasak dan menjahit, padahal selama ini dia tidak pernah becus memasak maupun menjahit. Banyak yang terkagum-kagum dengan kepandaiannya, bahkan Pangeran Hero pun langsung jatuh hati, karena selain cantik, Shine juga pandai memasak dan menjahit, seperti yang diinginkan sang pengeran. Keinginan Shine menjadi kenyataan, Pangeran Hero menyuntingnya untuk menjadi permaisuri. Shine hidup bahagia, apalagi Pangeran Hero amat memanjakannya. Kebahagiaan yang dirasakan membuat Shine lupa akan ibunya yang tidak berdaya. Ibu Ranti menajdi lemah dan sakit-sakitan, semenjak kesaktiannya diberikan ke Shine. Meskipun begitu ibu Ranti selalu mendoakan Shine, dan berharap Shine akan kembali dan menjemputnya, tetapi apa yang dinanti tak kunjung datang. Jangankan untuk menengok, mengingat ibu dan kehidupannya yang dulu Shine pun malu untuk mengakuinya. Di hadapan Pangeran Hero, Shine mengatakan kalau ibunya sudah tiada. Kerinduan ibu Ranti sudah tidak tertahan lagi, dengan sisa kekuatan dan bekal yang seadanya, ibu Ranti mencari buah hatinya. Sampai akhirnya ibu Ranti menginjakan kaki di negeri seberang di mana Shine menjadi permaisuri. “Pengawal yang baik, ijinkanlah aku menemui anakku Shine, aku sangat merindukannya.”pinta ibu Ranti kepada penjaga gerbang istana. “Benarkah Ibu adalah ibunda permaisuri Shine?” Tanya pengawal dengan heran. “Iya .” Jawab ibu Ranti lemah. “Baiklah Bu, tunggu sebentar, saya akan menyampaikan kepada permaisuri Shine.” kata pengawal istana. Belum sempat pengawal masuk, tiba-tiba permaisuri Shine sudah berdiri di depan pintu dan berteriak. ”Pengawal… usir wanita tua itu! kalau perlu seret ke penjara, berani-beraninya dia mengaku sebagai Ibuku! Ibuku sudah meninggal dunia sejak aku lahir! Jangan sampai istana ini dikotori wanita tua! Dan jangan sampai Pangeran Hero tahu ada tamu tak layak di istana ini!” Teriak Permaisuri Shine. Pengawal istana langsung menyeret Ibu Ranti dengan kasar tanpa memperdulikan ratapannya. ”Shine… aku Ibu yang membesarkanmu, Nak. Ibu sangat merindukanmu.” tangis ibu Ranti menyayat hati. Betapa pilu hati ibu Ranti, pengorbanannya selama ini dibalas dengan empedu yang sangat pahit, segala kesaktian dan kasih sayang sudah dicurahkan pada putrinya, tetapi balasan yang di peroleh dari buah hatinya sungguh menyakitkan. “Ya Tuhan, Yang Maha Pengasih berikan pelajaran buat putriku.” Doa ibu Ranti. Sepekan setelah peristiwa itu, tanpa sebab musabab tiba-tiba kulit  Permaisuri Shine yang mulus mengeluarkan bercak-bercak seperti sisik dan bau yang sangat menusuk dan menjijikan, banyak orang yang pingsan ketika tercium bau menusuk yang keluar dari tubuh permaisuri, bahkan pangeran Hero suaminya pun mengasingkan permaisuri Shine ke tempat lain. “Dosa apa yang telah kamu lakukan Permaisuriku, hingga kamu menderita sakit dan tidak ada satupun tabib yang bisa menyembuhkanmu?” tanya pangeran Hero yang putus asa. “Pangeran, tolong pertemukan saya dengan Ibuku, saya sudah durhaka dan menyakiti hatinya. Saya  tega mengusirnya sewaktu beliau datang ke istana ini,” ratap permaisuri Shine. Segera pangeran Hero memerintahkan pengawal istana untuk mencari ibu Ranti. Dengan bersusah payah, akhirnya mereka dapat menemukannya ibu Ranti yang sangat renta ditepi sungai dan membawanya kembali ke istana untuk bertemu dengan permaisuri Shine. “Ibu …. maafkan Shine, maafkanlah anamu ini , hukumlah Shine yang telah durhaka pada Ibu,” ratap Shine “Ibu…. Shine sudah tidak kuat lagi menanggung sakit ini Bu…” tangis Shine sambil merintih. Ibu Ranti tak bergeming. Dia masih teringat caci maki Shine, rasanya luka itu belum sembuh, berat sekali untuk memaafkan anak yang sebenarnya amat dicintai, tetapi naluri keibuannya tidak tega melihat derita anaknya yang dari kecil ditimang dan disayang berubah menjadi monster yang mengerikan dan berbau busuk pula. “Ampuni Shine Ibu, ampuni,” raung Shine dan memeluk kaki ibunya. Kedua ibu dan anak saling berpelukan, dan ajaib air mata yang mengalir deras dari mata ibu Ranti menghilangkan penyakit sang permaisuri. ”Shine sangat menyesal Ibu.” “Ibu sudah memaafkanmu Nak.” Kata ibu Ranti yang terkulai lemah. Dia pun meninggal dalam pelukan putri tercinta.

kolaborasi : Noorhani Laksmi dan Diah Chamidiyah (no.158)
Salam,
Noorhani Laksmi dan Diah Chamidiyah

Blog, Updated at: 09.05

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Followers