Teruntuk Calon Ibu Dari Anak-anakku Kelak

Posted by Diah Chamidiyah Blog on Jumat, 18 November 2011

Teruntuk Calon Ibu Dari Anak-anakku Kelak

Sayang…. Walaupun kau bukan yang tercantik dari seluruh perempuan di dunia ini dan bukan pula yang pertama dalam hatiku, tapi kuyakin kaulah yang telah dikirimkan Yang Maha Kuasa untuku kini. Kaulah yang terpilih dari doa-doa yang kupanjatkan tiap malam, sebagai calon ibu bagi anak-anakku yang lain kelak.
Kenapa anak-anakku yang lain kelak? Tentu saja, aku kan seorang duda. Istriku telah mendahului aku menghadap Sang Pemilik Hidup. Dia hanya memberiku titipan seorang putri yang mengisi hari-hari kelabuku. Dan akupun masih ingin mempunyai selusin lagi anak yang akan menghiasi dunia kita. Tapi, karena kamu, duhai Sang Rembulanku, telah mempunyai dua orang anak pula, dari suamimu dulu, yang juga meninggal, maka masih kurang sembilan anak lagi kan?
Agak gila kedengarannya, tapi aku sudah lebih dahulu tergila-gila oleh air mata yang menetes di pipimu ketika kita berjumpa pertama kali. Dan aku lebih tergila-gila lagi ketika mendengar bisik lembut suaramu. Semakin tergila-gila ketika mendengar tawa merdumu. Semua itu menari-nari di pelupuk mataku dari pagi hingga malam, terciptalah puisi ini:
Ah…..
Masih kuingat rasa ini.
Debar yang menghantui mimpi-mimpi malamku.
Pertama kali kita berjumpa dalam diam tanpa kata.
Hanya mata yang bicara.
Kau tatap aku dengan tajam, setajam sembilu.
Ada gurat luka disana.
Luka yang teramat sangat pedih.
Luka lama yang telah berkarat.
Akan tetapi luka itu masih mengeluarkan darah segar.
Ah… .
Ingin kurengkuh dirimu, kusandarkan pada bahuku.
Ingin kuseka air mata yang mengalir di pipimu dengan belaian lembutku.
Ingin kuganti isak tangismu dengan senyum dan tawa.
Ingin kugenggam tangan mungilmu agar kau tahu, masih ada bahagia di dunia ini.
Ingin kuubah duniamu yang gelap gulita.
Dengan sinar yang terang benderang, sinar cinta dan kasih.
Ah…
Masih adakah jalan bagiku,
Untuk menggandeng tanganmu,
menyusuri lika-liku jalan kehidupan.
Bersama menerjang dahsyatnya gelombang kehidupan.
Bersatu dalam mahligai penyambung kehidupan.
Semoga… Hingga maut memisahkan kita dari kehidupan.
Aku bukan sedang bergombal ria lho. Aku berius-rius, tak hanya serius, mengajakmu menikah, Bungaku, merajut hari-hari indah berdua. Bergandeng tangan menghadang pahitnya dunia. Berkasih mesra bagaikan mimi dan mintuno. Mengasuh selusin bunga-bunga kehidupan yang menjadi amanah bagi kita.
Telah empat tahun aku merasa kesepian dan rindu yang teramat sangat mencekam. Semula, dengan sendiri kupikir bisa melalui semua rintangan hidup. Tapi, ternyata sangat berat. Aku membutuhkan tangan lain yang akan membelai lelahku selepas bekerja. Tangan itu kuharap tangan dinda yang halus dan lembut. Kusadar dinda, aku tak sesempurna almarhum suamimu. Janganlah selalu melihat masa yang telah berlalu. Aku akan berusaha menjadi suami yang bertanggung jawab dan setia bagimu, Kupu-kupuku yang cantik.
Bagaimana dinda? Aku masih setia menunggu jawab darimu.
Salam manis dan penuh cinta selalu.
Tertanda,
Kanda

Blog, Updated at: 19.12

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Followers