Pengalaman dengan Telkomsel

Posted by Diah Chamidiyah Blog on Rabu, 15 Juni 2011

Pengalaman dengan Telkomsel
Ketika pertama kali produk Handphone (HP)mulai ramai dipasaran, sekitar tahun 1999, ga kepikir mau membeli. Apalagi statusku saat itu sebagai mahasiswi di kota pelajar yang jauh dari ortu, yang hanya mengandalkan pasokan dana dari ortu. Dari harga HP yang jutaan hingga harga sim card nya yang ga kalah mahal, serta pulsa yang gila-gilaan, maka makin jauh deh impian punya HP. Akhirnya, berhubung ga ingin merepotkan ortu yang tinggal ibu saja, maka aku pun bersumpah tidak akan pake HP jika tidak sanggup “menghidupi” alias isi pulsa sendiri.

Setelah selesai kuliah sambil kerja part time, bulan Januari tahun 2003 kuputuskan untuk pulang kampung, mengabdikan ilmu pada kampung halaman. Dengan berbekal ijazah keguruan, maka tak ada salahnya jika saya mencoba untuk mengabdikan diri pada sekolah. Tujuan pertama saya adalah SMK (SMEA) yang berada di desa sebelah. Jadi perjalanan ke sekolahan cukup dengan naik andong atau naik sepeda, karena jaraknya hanya sekitar dua kilo meter dari rumah. Selain melamar sebagai guru, saya juga mencoba menjadi tutor Kejar Paket. Tak disangka, walaupun saya melamar sebagai guru pada pertengahan tahun ajaran, ternyata lamaran saya di terima. Seminggu dari saya menyerahkan surat lamaran, ada surat panggilan untuk wawancara dengan kepala sekolah.

Singkat kata, dua dari tiga surat lamaran yang kukirim ke sekolah dan instansi mendapat sambutan. Akhirnya saya mulai memperoleh gaji dari mengajar di dua tempat. Ketika itu, harga HP juga masih lumayan mahal. Akan tetapi, karena sudah memiliki penghasilan sendiri, sehingga tidak merepotkan orang tua, maka saya pun berani membeli HP. Sim card yang pertama saya beli adalah Simpati beserta antena untuk mencari signal. Maklumlah, saat itu belum banyak menara ponsel, yang ada hanya di kota saja.

Sayang, karena ikut kuis-kuis dari majalah dan TV yang tidak bisa di unreg, maka dengan berat hati, saya berganti kartu simpati. Kebetulan ada promo kartu baru, yang harganya jauh lebih murah dan banyak bonusnya, yaitu kartu As. Ketika berkenalan dengan calon suami, dan dia pake kartu lain operator, saya pun meminta dia untuk berganti ke kartu As. Pokoknya maksa, kalo mau jadi suamiku, harus ganti ke Kartu As…. hehhehehe

Saya dan suami hingga kini adalah pengguna setia kartu As, bagian dari telkomsel dengan 100 juta pelanggannya.

salam,

13063683361378047515

Blog, Updated at: 07.40

4 komentar:

  1. "Pokoknya maksa, kalo mau jadi suamiku, harus ganti ke Kartu As" hehehe emang sebelumnya, cak aan pakek kartu apa mbak?

    BalasHapus
  2. kunjungan balik ke blogku ya mbak ya..B-)

    BalasHapus
  3. wah setia sampe akhir hayat ya mbe. hehe salam kenal

    BalasHapus
  4. Alamsyah: sebelumnya cak an pakai mentari :)
    Ayi: Hehe iya, makasih kunjungannya :)

    BalasHapus

Popular Posts

Followers