Bingung

Posted by Diah Chamidiyah Blog on Minggu, 01 Mei 2011


(Mbah google)
Semilir angin membelai lembut rambut lebatmu. Dengan bermuram muka kamu menguraikan masalah yang sedang menimpamu.
“Aku bingung….”
“Bingung kenapa?”
“Kemarin ada dua cowok yang datang kerumah. Memang tidak bersamaan, tapi kedatangan mereka sudah cukup membuat aku repot.” katamu lebih lanjut
“Memangnya kenapa dengan mereka?” tanyaku
“Mereka berdua berniat melamarku….” jawabmu dengan murung
“Kenapa jadi sedih? kamu tinggal memilih saja, mana yang lebih cocok. Bukankah kamu juga sudah didesak orang tuamu untuk segera menikah?”
“Betul….” jawabmu tanpa minat
“Lalu kenapa jadi bingung?” kataku tak kunjung mengerti.
Memang susah jika usia sudah mencapai kepala tiga, tetapi belum ada yang mengajak menikah, menjadi dilema tersendiri. Apalagi untuk kami yang tinggal di desa. Pandangan masyarakat menjadi sinis pada gadis yang telah berumur tapi belum menikah. Hal itu pula yang sedang menimpa sahabatku ini. Dia tidaklah jelek, dengan kulit putih, wajah yang ayu, cerdas serta tinggi semampai, maka seharusnya tidak sulit untuk menemukan calon pendamping. Nyatanya, sampai berumur lebih dari 30 tahun, belum berumah tangga.
“Masalahnya, aku masih teringat dengan pacarku. Kami sempat berjanji untuk saling setia, tapi hingga saat ini, dia tak pernah kirim kabar.” katanya dengan sedih
“Apa kelebihan pacarmu yang tak tau diri itu? kasihan orang tua kamu. Mereka sudah mulai sakit-sakitan. Jangan sampai karena menunggu pacar yang tak jelas, kamu akan menyesal kemudian. Siapa tahu, salah satu dari mereka berdua memang jodohmu.” kataku memberi nasehat
“Aku masih ragu…” katanya dengan lirih
“Apa yang membuatmu ragu?”
“Dua-duanya tidak sesuai dengan harapanku.”
“Bagaimana dengan orang tuamu?” tanyaku lebih lanjut
“Ibuku terserah padaku saja, beda dengan ayah, dia memaksaku menerima Andi, karena ayahnya teman kerja ayahku.” katanya makin sedih
Ayahnya memang sangat keras dalam mendidik anak-anaknya. Bahkan adiknya yang laki-laki juga tidak berani menentang kemauan ayahnya. ” Jam malam” juga berlaku dikeluarganya, yaitu setelah jam sembilan malam dilarang keluar rumah, kecuali untuk hal hal yang sangat penting, dan didampingi oleh sang ayah. Larangan sang ayah menyebabkan temanku ini agak sulit untuk bergaul. Teman dekatnya hanya hitungan jari, termasuk aku salah satunya. Sikap keras sang ayah sering menuai protes anak-anaknya, termasuk temanku ini. Dia pernah melarikan diri, dan menginap di rumahku selama seminggu. Setelah dibujuk oleh ibuku, barulah dia mau pulang. Orang tuanya sudah angkat tangan dengan sifat keras kepalanya. Agaknya, sifat keras kepalanya ini merupakan warisan dari ayahnya. Masalahnya hanya sepele, dia tidak mau kuliah pada jurusan yang dipilhkan ayahnya, yaitu menejemen. Dia ingin kuliah di jurusan IT, karena ayahnya tidak mau mengalah, kabur menjadi solusi yang diambil. Akhirnya ayahnya merestui pilihan yang diambil putrinya.
bersambung aja

Blog, Updated at: 08.54

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Followers