Wong Ndesit

Posted by Diah Chamidiyah Blog on Kamis, 24 Februari 2011

Kisah ini benar-benar terjadi, bukan rekayasa, hanya nama dan tempatnya yang palsu.
Suatu hari, di Desa Pukul yang berada dilereng gunung, salah satu warganya, sebut saja pak Hakim mengadakan kendurian.  Seluruh warga desa mendapat undangan, maklum orang kaya. Kendurian ini untuk merayakan kelahiran cucu pertamanya. Diantara tamu undangan, hadir pula Mbah Darmo yang seumur hidupnya belum pernah keluar dari desanya. Maklumlah, lokasi  desa yang terpencil dan tanpa kendaraan umum, sehingga sulit bagi para penduduknya untuk berpergian. Maka tak heran jika Mbah Darmo juga tidak pernah pergi keluar desa.
Seperti pada semua kenduri, dirumah Pak Hakim juga tersedia makanan yang melimpah. Apalagi karena jabatan dan kekayaan Pak Hakim, maka selain terhidang makanan khas desa Pukul, juga tersedia makanan-makanan dari luar desa, diantaranya adalah jeruk sunkis mini (yang impor dari cina). Dasar Mbah Darmo orang  lugu, bingung dengan segala macam hidangan kenduri, dia pun bertanya pada Kang Bejo:
“Maaf Kang, yang dibungus warna-warni itu apa ya?” tanya Mbah Darmo
“O… itu dodol mbah, mau coba?” jawab Kang Bejo
“Kayaknya enak… mau kang…” kata mbah Darmo sambil mengambil dodol, kemudian membuka bungkusnya dan hap langsung dimakan.
” Eh… Kang kalo yang itu apa ya?” tanya Mbah Darmo sambil menunjuk kue tart mini. Maklum, referensi Mbah Darmo tentang kue hanya terbatas kacang, jagung, singkong ma pisang rebus doang
“Kalo itu namanya kue tart mbah!” jawab Kang Bejo agak kesal merasa terganggu
Dengan sigap mbah Darmo mengambil satu cup kue tart, langsung melahapnya.
Tak berapa lama kemudian Mbah Darmo kembali menjawil pundak Kang Bejo yang sedang ngobrol dengan Kang Paijan
“Kalo yang warna kuning bulat-bulat itu apa Kang?”
“Itu enak mbah coba aja.” sahut Kang Bejo ketus
Mbah Darmo mengambil satu dan mengamati benda yang ada ditangannya.
“Bagaimana cara makannya Kang?” tanya Mbah darmo kebingungan
Kang Bejo yang sudah kesal diam saja.
“Di kremus (makan) saja Mbah.” sahut Kang Paijan
Langsung saja Mbah Darmo memasukkan jeruk mini tersebut kedalam mulutnya. Bisa dibayangkan, bagaimana rasa jeruk plus kulitnya. Semua orang yang hadir tertawa melihat ulah Mbah Darmo.
“Dasar wong  Ndesit.”
Hahaha :)

Blog, Updated at: 18.47

2 komentar:

  1. hahahahaha
    desa mana ini??
    jangan2 sama yang jualan sayur tadi???
    :D
    "mbak pat"
    hihihihi

    BalasHapus
  2. Hehe, kuwi tanggane pak Nurhadi di Ngetuk :)

    BalasHapus

Popular Posts

Followers