Apa sih Terapi Itu Mbak?

Posted by Diah Chamidiyah Blog on Minggu, 01 Mei 2011


Setiap pagi, saya selalu mendapat kunjungan dari penjual sayur dan ikan keliling, istilah di tempatku bakul tereng. Profesi yang sering dijalankan ibu-ibu untuk menambah uang belanja.
Ibu yang berjualan ini sering saya panggil Mbak, karena masih muda, baru berusia empat puluh tahunan. Mbak Pat, namanya, sudah mempunyai cucu dari anak keduanya yang perempuan. sebentar lagi juga mau nguduh mantu untuk anak sulungnya yang sekarang berkerja jadi TKI di Arab Saudi. Masih ada dua orang anaknya yang bersekolah SD dan SMP. suaminya sudah mulai sakit-sakitan, sehingga otomatis beban menghidupi keluarga berada di pundaknya. Selain berjualan keliling (bakul tereng), dia juga menjual sisa dagangannya di rumah, dan juga memelihara beberapa ekor kambing. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya dia menjalani hidup setiap harinya. Subuh, setelah menyiapkan sarapan untuk kedua anak dan suami, cucian siap untuk di jemur. setelah itu, pergi ke pasar dengan diantar suami. Setelah selesai berburu belanjaan berupa berbagai macam ikan, sayuran, bumbu dapur dan kue-kue, jam 06.30 WIB pulang dengan naik dokar, dan menuju kesekitar rumahku untuk menawarkan barang dagangannya. Pundak kanan menggendong, tangan kiri dan kanan menenteng belanjaan. Benar-benar Super Women dia. Pernah saya iseng bertanya, “Apa tidak berat mbak?” jawabnya dengan lugu: ” Enggak mbak, dah terbiasa kok.”

***
Suatu hari, saya sedang menulis di depan laptop untuk kompasiana di ruang tamu, yang terlihat dari teras. Tiba-tiba, Mbak Pat datang
“Belanja mbak….” Sapaan khas dipagi hari
“Iya mbak, tunggu sebentar mbak…” jawab saya sambil bergegas ke dalam untuk mengambil dompet.
Setelah memilih sayur dan ikan, saya bersiap untuk membayar. Sambil menerima uang, dia bertanya: “Apa yang ada di dalam itu mbak?” tanyanya sambil menunjuk laptop yang masih menyala.
“O… itu laptop mbak.”
“Televisi ya mbak…?” lanjutnya dengan nada bingung. Karena susah menjelaskan, saya jawab seadanya
“Ya, semacam itulah mbak. Tapi dengan benda itu, kita bisa lebih banyak melakukan pekerjaan.”
“Bagus ya mbak… ” katanya dengan polos
Wah, susahnya memberikan penjelasan pada orang yang sederhana ini. Kataku dalam hati
Kali yang lain, sewaktu melihat tetanggaku yang sedang sakit jantung dan penyumbatan di otak, dengan lugu Mbak Pat mulai mengajukan pertanyaan pula:
“Mbak, tadi saya lihat Bu Sri dibawa naik mobil, apakah dia mau dioperasi di Surabaya ya mbak?”
“Wah, kurang tau Mbak, kayaknya belum dioperasi. bahkan kondisinya sudah mulai membaik kok.” jawab saya
Saya memang termasuk orang yang tidak suka bergosip, makanya sangat jarang mengetahui kabar dari tetangga yang lain. Nah, justru lewat mbak Pat inilah yang sering membawa info  tentang tetanggaku. hehhehehe
“Atau mungkin sedang diterapi ya mbak?” tanyanya lebih lanjut
“Wah, mungkin saja mbak.” jawabku singkat
“Apa sih yang dimaksud dengan terapi mbak? kemarin pas saya nengok bu Sri, dia cerita kalo harus di terapi mbak.”
“Terapi itu memberikan obat pada orang yang sakit mbak.” jawabku
” Tapi mbak, kemarin saya lihat Pak prabu, di sinetron Amira, diterapi, kok disuruh jalan dibawahnya seperti ada listriknya, kan tidak ada obatnya. Terus  kalo bu Yayuk, katanya diterapi, tapi hanya berbaring dengan ditempeli alat yang membuat hangat tubuhnya juga tidak minum obat. Sebenarnya terapi itu bagaimana mbak? saya masih bingung nih…” katanya dengan menggebu-gebu.
” Begini mbak, suami mbak memijit orang yang sakit, kemudian sembuh, itu namanya suami mbak melakukan terapi. Mbak kalo sedang flu meminum setetes minyak gosok, kemudian sembuh, itu namanya juga terapi, kemudian ada orang yang berjalan diatas kerikil untuk melancarkan aliran darahnya, itu juga namanya terapi. Apapun yang dilakukan manusia supaya bisa sembuh dari penyakitnya, entah dengan minum obat atau melakukan sesuatu dengan anggota badannya, namanya terapi.” kataku dengan panjang lebar.
“Iya mbak, teman-teman saya juga heran, kok saya tidak pernah sakit. Padahal, kalo saya pilek atau batuk, tinggal minum setetes minyak angin  atau menjilati balsam…. hehheheh. Bagi orang miskin seperti saya ini, tidak boleh sakit berat, cukup yang ringan saja. Obatnya juga yang murah, setetes minyak angin.” katanya dengan senyum ceria
“Betul mbak, semoga kita tidak usah sakit yang berat ya mbak…” sahutku
“O… begitu ya mbak. Gara-gara kata terapi tadi, bikin saya ga enak makan ga enak tidur, mikirin artinya,  mbak.” sambungnya dengan polos

hehhehehehe…….. saya hanya bisa tersenyum.
Ah mbak, perjuangan beratmu mencari nafkah untuk keluarga tercinta kamu hadapi dengan bersemangat, sudah cukup mbak.
Saya salut dengan semua jerih payahmu.
Pic. Bing
Salam,
1304219581601334766

Blog, Updated at: 14.36

2 komentar:

  1. Cerita yang lucu dan menarik, salut untuk Mbak Pat Sang Kartini Masa Kini :)

    BalasHapus
  2. Yup :D
    ga ada salut untuk yang nulis?
    :cry:

    BalasHapus

Popular Posts

Followers