In Memories

Posted by Diah Chamidiyah Blog on Sabtu, 26 Februari 2011

Pagi yang cerah mengiringi langkahku ke rumah ortu.  Ketika melewati rumah guru mengaji sewaktu kecil, terpasang tenda, serta berjejer karangan bunga dengan tulisan “Turut Berduka Cita”. Deg… siapa yang meninggal? hati kecilku bertanya-tanya. Sampai di rumah ortu, ibu menyambut dengan senyuman ceria. Setelah berbincang-bincang tanya kabar, ibu bercerita tentang guru tersebut, ” Baru empat hari meninggal, yang bikin kagum, beliau meninggal ketika sholat dhuha, di tempat ujian membaca Al-Qur’an.” kata ibu
“Lho sapa yang meninggal?” tanyaku
“Bu Mus, masak tidak tahu?’ sahut ibu
“Kapan meninggalnya bu?” tanyaku lebih lanjut sambil berdoa dalam hati
“Hari Senin kemarin, ceritanya beliau sedang menguji anak-anak yang mau lulus TPQ, kemudian sewaktu istirahat sekitar jam 10 pagi, beliau sholat dhuha. Tiba-tiba saja beliau langsung memeluk teman disampingnya, kemudian tidak sadarkan diri. Setelah rukuhnya digunting, beliau dilarikan ke RS. Sempat koma selama 2 hari, pada Rabu kemarin beliau dipanggil Allah.” lanjut ibu
“Aduh bu, kok ga ada yang ngasih tau ya?” kataku agak menyesal, tak sempat menghormati beliau untuk terakhir kalinya
“Ya, kirain dah tau….” kata ibu
Ingatanku melayang kembali kemasa silam, sewaktu masih duduk dibangku sekolah menengah. Saat itu belum ada TPQ. Kebiasaan di desaku, setelah Asyar anak-anak putri belajar mengaji di surau, sedangkan putra belajar mengaji  selepas Magrib.
Akan tetapi, karena sore hari menjelang kelulusan sekolah menengah mesti les ini-itu, maka kegiatan mengajiku digeser setelah magrib. Tentu saja tidak di surau lagi, kan dipake anak putra. Maka aku dan empat kawanku mengaji di rumah Bu Mus, kebetulan beliau sudah mendapat “sertifikat” dari Bu Nyai beliau untuk mengajar anak-anak disekitarnya. Dengan sabar, ramah dan murah hati (karena setiap mempunyai kue, pasti kami muridnya dapat jatah. hehehehe) kami belajar mengaji setiap malam.
Memory yang paling berkesan adalah sebelum ujian kelulusan di sekolah, aku mendapat privat membaca tentang bagian-bagian yang sulit dari bacaan Al-Qur’an, seperti Imalah, Isymam  dan lain sebagainya. Karena syarat kelulusan di sekolah menengahku adalah mampu membaca kitab kuning dan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Tentu saja harus lulus UAN. Duh, sulit…. Karena aku memang sekolah di Madrasah Aliyah. Demikian sekilas tentang guru mengaji yang ikhlas, tanpa pamrih.
Semoga Amal ibadah beliau diterima Allah SWT. Amin
Saya hanya dapat mengirim doa serta memohonkan ampunan pada Allah.
Amin. Amin. Amin Ya robbal Alamin

Blog, Updated at: 10.57

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Followers