Dongeng Untuk Putri |
Hari Keenam
Putri adalah gadis kecil berusia empat tahun. Berkulit putih dan berambut hitam lurus. Hidungnya mungil dengan mata agak sipit. Putri sangat suka bermain, terutama bermain di alam bebas. Bermain merupakan hal yang sangat baik bagi perkembangan otaknya. Jika bermain bersama dengan teman-temannya, Putri suka menjadi pemimpin. Dia akan mengatur jalannya permainan. Tak peduli kawan bermainnya anak yang usianya lebih tua, dia tetap ingin mendominasi.
Hari ini, saya ingin menjemput Putri disekolah. Dan Putri tetap tidak pernah ditunggui selama proses belajarnya. Dia hanya diantar ketika berangkat dan dijemput ketika sudah waktunya pulang. Saya ingin tahu apa saja yang dikerjakan Putri di sekolah, dan bagaimana dia berada di sekolahnya, apakah suka mengganggu temannya, ataukah suka seenaknya sendiri. Saya menjadi penasaran sebab ketika ada pengumuman dari sekolah, pasti dia dengan cerdas akan memberi tahu orang tuanya, seperti tentang banyaknya hari libur setelah ulangan semester.
“Budhe, aku libur sebanyak lima belas kali. Banyak ya?” katanya sambil menunjukkan kesepuluh jarinya.
Nah, karena itu, saya jadi penasaran, apa yang dikerjakannya di sekolah. Tentu saja saya tidak mau menunggunya dari jam setengah delapan hingga jam sembilan lebih lima belas menit, yaitu waktu bagi Putri untuk belajar, tapi saya datang ketika Putri sudah selesai istirahat yaitu jam sembilan, dan masih ada waktu selama lima belas menit untuk mengamati bagaimana tingkah laku Putri di dalam kelas.
Saya sudah mengenal sebagian besar guru yang mengajar di kelas Putri, karena sewaktu mendaftar di sekolah ini, saya yang mewakili orang tuanya untuk mengisi formulir dan membayar sejumlah uang sebagai syarat untuk masuk TK, serta memilihkan seragam yang sesuai dengan ukurannya. Karena Putri anak yang bongsor, maka saya memilihkan ukuran XL untuknya. Dan benar saja, sekolah baru berjalan enam bulan alias satu semester, baju seragam Putri sudah pas benar di badannya. Bahkan baju-bajunya banyak yang sudah agak tinggi ukurannya alias sudah kekecilan.
Ketika Putri melihat saya berdiri disamping pintu kelasnya, maka mukanya menjadi berbinar-binar. Sudah lama dia ingin ketika pulang sekolah, saya yang menjemputnya. Tapi saya selalu kerepotan untuk menjemputnya karena pagi hari merupakan saat untuk membereskan rumah, memasak dan juga mencuci pakaian. Makanya, baru kali ini saya berkeempatan untuk menjemputnya. Putri sangat senang sekali, dia menjadi semakin bersemangat mengikuti aba-aba dari gurunya. Ketika gurunya menulis angka enam empat, dia dengan mudah mengeja angka tersebut.
Ada saat ketika dia duduk dengan manis dibangku, teman sebelahnya, yang juga perempuan, menaikkan kedua kakinya ke atas meja. Dengan santai dan tetap melihat ke depan, Putri pun menurunkan kaki temannya. Rupanya pelajaran sopan santun tertanam kuat pada dirinya. Ketika temannya mencoba untuk menaikkan lagi kakinya, baru Putri menoleh untuk memperingatkan temannya agar tidak mencoba mengulanginya lagi. Dan hebatnya, temannya menurut apa kata Putri. Hah, kecil-kecil sudah mampu mengendalikan teman sebaya.
Saatnya bagi Putri untuk pulang. Di kelas, Putri menjadi anggota dalam kelompok apel. Setelah membaca doa untuk pulang dan menyanyikan lagu sayonara dalam tiga bahasa (saya kesulitan untuk mengikutinya), maka bu guru di kelas Putri berkata:
“Anak-anak, siapa yang paling rapi di tempat duduk, maka akan pulang duluan!”
Putri pun langsung melipat kedua tangannya diatas meja, dan dengan menoleh kesampingnya, dia meminta temannya agar mengikuti dia, duduk tenang dan melipat kedua tangannya. Setelah Ibu Guru menunjuk angka dipapan tulis sekali lagi, dan diikuti oleh teriakan anak-anak menyebutkan angka tersebut, maka:
“Apel.....” kata bu guru yang disambut dengan teriakan “YES” sambil mengepalkan tangan oleh Putri dan teman-temannya. Meraka pun maju ke depan kelas untuk salim pada bu guru serta mencium tangan bu guru.
Saya pun segera menangkap tangan mungilnya yang montok. Dengan gembira dia menunjukkan uang sakunya yang masih tetap utuh, Putri tidak jajan.
“Beli mainan dulu....” kata Putri sambil berbelok ke lapak penjual mainan.
“Mainan apa?” tanyaku
“Itu....” sambil menunjukkan buku gambar kecil berwarna pink.
Saya pun segera mengambil buku tersebut dan menanyakan harganya pada penjual yang dikerbuti anak-anak TK, kawan-kawan Putri. Setelah membayar, saya mengajak Putri pulang.
“Ga mau pulang, ke rumah Budhe saja....” katanya sambil naik ke atas motor.
“Kan Putri belum ganti baju, dan juga tidak bawa susu. Putri mau nanti sebelum tidur tidak minum susu?” kataku
Putri pun diam saja, dan setelah sampai dirumahnya, Putri segera turun dari motor .
“Ayo, seragamnya dilepas, ganti baju dulu, baru kerumah Bu Dhe.” Kataku sambil menangkap tangannya. Putri sudah bersiap-siap untuk lari bersembunyi. Segera dia menghentikan langkahnya dan berdiri dengan diam ketika seragamnya saya buka. Belum selesai mengganti bajunya, Putri sudah berlari dan menghilang dari pandangan.
“Put, jadi ikut kerumah Bu Dhe nggak? Kalau tidak cepat-cepat ganti baju, Budhe tinggal lho!” ancamku
Dan berhasil,
“Hi... hi... hi... hi.... Budhe, ayo cari Putri ada dimana....” katanya sambil terkikik geli. Suara dari dalam dapur. Dia senang bisa mengerjai saya.
Segera saya menuju ke dapur,
“Putri dimana ya?” kataku sambil pura-pura mencari.
“Hi.... hi.... hi... hi... ayo Bu Dhe, cari Putri ada dimana....” kata Putri dari bawah tangga.
Saya pun berjingkat ke sisi yang satunya supaya Putri tidak tahu kalau dia sudah saya temukan.
“Nah, sekarang Putri tertangkap ....” kataku sambil mendekap Putri dari belakang.
“Ha... ha... ha... ha.... lepasin Bu Dhe, geli ini lho...” kata putri sambil tertawa terbahak-bahak. Ramailah suasana dirumah Putri.
“Tumben Putri mau tertawa, biasanya dia diam saja. Bahkan kutawari kue juga tidak mau.” Kata Ibuku sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Putri yang seperti bola bekel, meloncat kesana dan meloncat kesini dengan riang gembira.
“Ya sudah, bawa saja kerumahmu, kalau dirumah, Putri tidak mau makan kue, apalagi makan nasi. Cuma minum susu saja. Aku jadi kuatir Putri akan kekurangan gizi.” Kata Ibuku.
“Putri kan tau, neneknya sudah tidak kuat memasakkan sesuatu untuk lauknya, bu. Apalagi melihat Ibu berjalan dengan dipapah oleh Papa atau Mama nya, makanya dia merasa kasihan kalau merepotkan Ibu.” Kataku sambil mengelus-elus tangan Ibuku, yaitu neneknya Putri.
Putri sangat menyayangi neneknya, tapi dia tidak mau jika merepotkan nenek. Makanya dia hanya mau dibuatkan susu saja. Selain itu dia tidak mau. Bahkan untuk mengambilkan baju ganti di dalam almarinya, dia tidak mau minta tolong neneknya. Dia akan mengambil sendiri dengan cara memanjat almari. Untunglah, alamarinya sangat berat, hingga tidak akan jatuh walaupun Putri memanjatnya.
Setelah berhasil mengganti seragam sekolah Putri dengan rok yang bertali belakang, walaupun tak sampai lima belas menit kemudian talinya akan lepas dan menggantung disamping kanan dan kiri badannya, saya segera mengemas susu dan botolnya dalam tas yang suda saya bawa. Kami segera berpamitan dengan nenek Putri.
“Bu, saya pulang dulu. Biar Putri ikut kerumah saya.” Kataku sambil mencium tangan Ibuku.
“Jangan lupa, suapi makan ya. Kalau dia mau makan dirumah, pasti tak boleh kerumahmu setiap hari. Biar dirumah saja.” Kata Ibuku
“Biarkan saja bu, Putri bisa menemani saya dirumah. Dan rumahku juga jadi ramai kok.” Kataku sambil tersenyum. Memang, kalau berada dirumahku, Putri mau makan siang dengan apa saja yang ada, baik makan siang dengan nugget, telur goreng, ataupun dengan tempe goreng. Bahkan dia juga mau makan buah-buahan, seperti jeruk dan pear, yang sangat jarang dimakannya jika berada dirumah.
“Ayo Putri salim dulu sama Nenek, bilang kalau mau pergi kerumah Budhe...”
“Nek, Putri mau main kerumah Budhe..” kata Putri sambil mencium tangan Ibuku
“Hati-hati dijalan ya, dan jangan nakal lho...” kata ibuku sambil mengantar kami sampai di depan pintu pagar.
_--------------_
“Bu Dhe, Putri lapar, mau makan...”
“Nuggetnya sudah habis, Budhe belum sempat beli. Mau makan pake apa? Telur campur atau tempe kriuk?” kataku
Telur campur adalah telur ayam yang berbumbu garam dan sedikit gula yang dicampur dengan mengocok lepas, kemudian digoreng dengan sedikit minyak. Sedangkan tempe kriuk adalah tempe yang dilumuri air garam kemudian digoreng hingga garing. Kedua lauk ini bagi Putri merupakan lauk favorit setelah nugget.
“Telur campur saja budhe, jangan terlalu asin lho...”
Segera saya memasak telur goreng. Rupanya bermain petak umpet dirumahnya membuat Putri sangat lapar, buktinya tak lama kemudian nasi dan telur goreng ludes tak tersisa.
“Bu Dhe, Putri mau es teh. Tolong buatin ya?” katanya sambil melihat televisi. Kebetulan film favoritnya sudah mulai, yaitu Franklin si kura-kura.
“Ditaruh gelas apa dibotol?”
“Botol...” jawabnya sambil merajuk
Setelah menghabiskan es tehnya, kembali Putri melihat film selanjutnya, hingga film Ninja Hatory.
“Setelah film ini, tidur ya....”
“Kan belum malam Bu Dhe, tuh langitnya masih berwarna putih, belum berwarna hitam, kok disuruh tidur.” Katanya sambil menengok jendela
“Memang, langitnya masih terang, belum gelap, tapi Putri juga sudah ngantuk, makanya harus tidur, namanya tidur siang.” Kataku sambil tersenyum. Saya tahu, Putri berusaha mencari alasan agar tidak usah tidur siang. Sayangnya, karena tadi sudah bermain hingga kecapekan, makanya sekaranng dia sudah mulai mengantuk. Matanya tampak sangat berat.
Setelah film Ninja Hatory selesai,
“Sekarang waktunya tidur siang, ayo segera ke kamar!” kataku sambil mematikan televisi.
“Buatin susu, Budhe....”
“Naik dulu ketempat tidur ya...”
Segera Putri melangkah dengan gontai ke kamar, tampaknya dia sudah sangat mengantuk. Setelah menghabiskan susunya,
“Ceritai Bu Dhe.....”
“Cerita apa?”
“Semut ....”
“Baiklah, dengarkan baik-baik ya...”
IMUT SI SEMUT HITAM
Dahulu kala, semut semut juga dapat berbicara seperti manusia. Selain semut, semua hewan dapat berbicara satu dengan lainnya. Gajah mengetahui bahasa harimau, semut tahu kata-kata gagak dan ular juga paham perkataan tikus. Semua hewan hidup dengan rukun dan damai. Tidak ada permusuhan dan perkelahian. Hutan menjadi rumah bagi kawanan hewan yang sangat ideal.
Suatu hari, ketika cuaca sedang mendung, ular yang selalu tidur diatas pohon dengan melingkarkan tubuhnya, terbangun karena suara ribut dari dalam pohon. Rupanya ibu tikus sedang melahirkan anak-anak yang lucu. Semua kerabat tikus ada didalam rumah pohon yang juga ditempati ular. Ularpun menjadi terganggu dan marah. Matanya merah dan lidahnya terjulur. Kemudian Ular pun mendesis dan merayap turun dari atas pohon.
“Apa yang terjadi hinggga kalian sangat ramai sekali?” kata ular dengan marah
“Oh maaf Tuan Ular, kami baru saja memperoleh anggota keluarga yang baru. Lihatlah, mereka cantik dan lucu-lucu.” Kata ketua Tikus
“Selamat, tapi aku harap mereka tidak mengganggu tidurku. Jika mereka mengganggu tidurku, maka aku bisa memakan mereka.” Kata ular sambil pergi, naik ke atas pohon kembali.
Malangnya, suatu hari yang cerah, anak-anak tikus bermain ditempat ular tidur. Bahkan mereka menggigit tubuh ular yang sedang tidur. Anak-anak tikus menyangka badan ular adalah dahan pohon yang biasa mereka gigit. Ular yang sedang tidur terbangun dan marah. Diapun berhasil menangkap salah satu anak tikus tersebut dan langsung menelannya. Anak-anak tikus yang lain menghabur kedalam lubang sambil menangis.
Orang tua tikus pun marah ketika mendengar anaknya ada yang dimakan ular. Tikus pun melaporkan pada raja hutan tentang kematian anaknya akibat ulah ular. Raja hutan mengadakan sidang yang dihadiri seluruh warga hutan. Setelah membacakan jalannya kejadian yang menimpa anak tikus, riuhlah seluruh warga hutan. Mereka terpecah menjadi dua kelompok, yang pertama mendukung keluarga tikus, yang kedua mendukung ular.
“Sidang saya tunda, menunggu hasil keputusan dari seluruh warga hutan.” Kata Singa
Esok hari datang, warga hutan kembali mengahadiri sidang tikus dengan ular. Setelah masing-masing kelompok berdebat dan saling mengeluarkan argumen dengan seru sepanjang hari, tetap saja belum menemukan keputusan yang tepat, siapa yang bersalah. Sidang pun ditunda kembali.
Hapir satu minggu berlalu, akan tetapi warga hutang belum memperoleh keputusan yang bulat. Mereka masih terpecah menjadi dua kelompok. Akhirnya, ketika matahari sudah semakin tinggi, Singa mengaum dengan keras dan menerkam rusa yang berdiri paling depan. Rupanya sidang kasus ular membuat semua warga hutan menjadi lapar, karena itu mereka saling memakan satu dengan lainnya. Suasana hutan menjadi sangat mengerikan. Yang kuat memangsa yang lemah.
Koloni semut berhasil melarikan diri dan bersembunyi dibalik batu maupun didalam tanah. Ketua dari semut berpidato pada rakyatnya:
“Wahai seluruh warga semut. Kita merupakan warga hutan yang paling lemah. Kita tidak punya senjata seperti hewan lainnya. Gajah mempunyai tubuh dan kaki yang besar serta gading yang tajam. Ular mempunyai gigi dan bisa yang mematikan, singa mempunyai cakar dan gigi yang tajam. Bahkan burung pun dapat terbang dan mempunyai paruh yang sangat tajam. Oleh karena itu, kita harus bersatu dan saling tolong menolong. Kita harus rajin bekerja agar ketika musim hujan datang, kita tidak kelaparan.ibarat kata pepatah, ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Demikin saudaraku sekalian, selamat bekerja dengan riang dan giat selalu.”
Semua warga semut pun bersorak. Mereka kembali bekerja dengan giat. Sayang, ada salah satu semut yang tidak mau bekerja. Dia hanya bermalas-malasan saja. Imut namanya. Dia merupakan semut hitam yang kecil. Selain malas bekerja, Imut suka mengganggu temannya.
Suatu hari ditepi hutan,terdapat tanaman jagung yang sedang berbuah. Buahnya sangat lebat dan besar-besar. Salah satu semut menemukan tempat tersebut, dan memberitahu semua semut agar segera memanen jagung tersebut. Dia kuatir jika hewan lain mengetahui, maka jagung tersebut akan segera habis.
Semua semut keluar dari sarangnya, dan berbaris mengangkut bulir-bulir jagung yang sudah masak. Semua semut? Ternyata ada satu semut yang tidak ikut bekerja.Yup, Imut si semut hitam mungil. Dia justru duduk bermalas-malasan melihat teman dan keluarganya bekerja. Sesekali dia melempat kerikil ke arah semut kecil yang terlihat kepayahan mengangkut jagung. Akibatnya, semut itu jatuh tertimpa jangung yang dibawanya. Bukannya menolong, Imut tertawa terbahak-bahak,
“Ha... ha... ha.... makanya, badan kecil jangan bawa yang berat-berat.... ha... ha... ha....” kata Imut sambil makna kacang yang tumbuh didekat sarangnya.
Cuaca diluar mulai mendung. Tampaknya musim panas telah berlalu, diganti dengan musim hujan. Pada awal musim hujan, imut masih bisa mendapat makanan dari sekitar tempat tinggalnya, akan tetapi ketika hujan semakin sering turun dan cuaca selalu mendung, menyebabkan biji-bijian yang biasa Imut makan menjadi membusuk atau jatuh terbawa oleh air hujan. Imut jadi kesulitan mendapat makanan. Imut mulai mengetuk rumah-rumah tetangga. Akan tetapi semua semut berniat memberi pelajaran pada Imut agar mau bekerja, sehingga tidak ada satu semutpun yang mau memberikan makanan pada Imut.
Perut Imut mulai berbunyi lagi. Sudah dua hari Imut tidak mendapat makanan. Dengan sedih, Imut berjalan keluar dari sarang. Langkahnya agak sempoyongan karena menahan lapar. Tanpa sepengetahuan Imut, dibelakangnya ada semut kecil, yang sering diganggu Imut, membututi Imut. Semut kecil ini kuatir jika Imut mendapat celaka. Benar saja, baru beberapa meter Imut keluar dari sarang, Imut sudah tidak kuat dan jatuh pingsan. Semut kecil pun segera membawa Imut kedalam rumahnya. Dengan telaten dia merawat Imut.
“A... aku dimana?” kata Imut sambil memegang kepalanya
“Kamu ada dirumahku. Sudah dua hari kamu pingsan karena kelaparan.” Kata semut kecil
Imut pun segera bangun dan menyalami semut kecil untuk mengucapkan terima kasih.
“Aku berjanji akan giat bekerja supaya jika musim hujan tiba, maka aku tidak akan kelaparan lagi.” Janji Imut.
Semua semut yang berada di rumah semut kecil pun bersorak dan menjabat tangan Imut. Ketua semut kembali berpidato,
“Wahai warga semut sekalian, hari ini merupakan hari yang bersejarah bagi kita. Teman, sahabat dan keluarga kita telah kembali menjadi semut sejati. Dialah Imut. Dia sudah berjanji akan giat bekerja. Mulai saat ini, kita harus saling memberikan semangat agar giat bekerja. Maka dari itu, setiap kita bertemu dijalan satu dengan lainnya, maka kita harus bersalamanan, menanyakan kabar dan salaing memberikan semangat agar kita giat bekerja. Setuju?”
“Setuju....”
Nah, mulai saat itu, setiap semut berpapasan dengan sesama semut, mereka akan bersalaman dan saling memberikan semangat agar giat bekerja. Dan semut selalu bekerja bersama-sama dalam mengumpulkan makanan.
“Nah, ceritanya sudah selesai, sekarang saatnya bagi Putri untuk tidur.” Kataku
“ Wah, ceritanya seru sekali, Budhe. Putri mau menjadi seperti semut yang giat bekerja.” Kata Putri dengan mata mulai redup.
“Eh iya, baca doa dulu dong...”
“Baik Budhe, bismika Allahumma ahya wa amut.” Kata Putri sambil merem.
Saya pun membetulkan letak bantal, guling dan menyelimutinya. Kemudian saya mengecup pipi Putri yang bulat. Terdengar dengkuran pelan Putri, tanda bahwa Putri telah pulas.
Jumlah kata: 2.508
Putri adalah gadis kecil berusia empat tahun. Berkulit putih dan berambut hitam lurus. Hidungnya mungil dengan mata agak sipit. Putri sangat suka bermain, terutama bermain di alam bebas. Bermain merupakan hal yang sangat baik bagi perkembangan otaknya. Jika bermain bersama dengan teman-temannya, Putri suka menjadi pemimpin. Dia akan mengatur jalannya permainan. Tak peduli kawan bermainnya anak yang usianya lebih tua, dia tetap ingin mendominasi.
Hari ini, saya ingin menjemput Putri disekolah. Dan Putri tetap tidak pernah ditunggui selama proses belajarnya. Dia hanya diantar ketika berangkat dan dijemput ketika sudah waktunya pulang. Saya ingin tahu apa saja yang dikerjakan Putri di sekolah, dan bagaimana dia berada di sekolahnya, apakah suka mengganggu temannya, ataukah suka seenaknya sendiri. Saya menjadi penasaran sebab ketika ada pengumuman dari sekolah, pasti dia dengan cerdas akan memberi tahu orang tuanya, seperti tentang banyaknya hari libur setelah ulangan semester.
“Budhe, aku libur sebanyak lima belas kali. Banyak ya?” katanya sambil menunjukkan kesepuluh jarinya.
Nah, karena itu, saya jadi penasaran, apa yang dikerjakannya di sekolah. Tentu saja saya tidak mau menunggunya dari jam setengah delapan hingga jam sembilan lebih lima belas menit, yaitu waktu bagi Putri untuk belajar, tapi saya datang ketika Putri sudah selesai istirahat yaitu jam sembilan, dan masih ada waktu selama lima belas menit untuk mengamati bagaimana tingkah laku Putri di dalam kelas.
Saya sudah mengenal sebagian besar guru yang mengajar di kelas Putri, karena sewaktu mendaftar di sekolah ini, saya yang mewakili orang tuanya untuk mengisi formulir dan membayar sejumlah uang sebagai syarat untuk masuk TK, serta memilihkan seragam yang sesuai dengan ukurannya. Karena Putri anak yang bongsor, maka saya memilihkan ukuran XL untuknya. Dan benar saja, sekolah baru berjalan enam bulan alias satu semester, baju seragam Putri sudah pas benar di badannya. Bahkan baju-bajunya banyak yang sudah agak tinggi ukurannya alias sudah kekecilan.
Ketika Putri melihat saya berdiri disamping pintu kelasnya, maka mukanya menjadi berbinar-binar. Sudah lama dia ingin ketika pulang sekolah, saya yang menjemputnya. Tapi saya selalu kerepotan untuk menjemputnya karena pagi hari merupakan saat untuk membereskan rumah, memasak dan juga mencuci pakaian. Makanya, baru kali ini saya berkeempatan untuk menjemputnya. Putri sangat senang sekali, dia menjadi semakin bersemangat mengikuti aba-aba dari gurunya. Ketika gurunya menulis angka enam empat, dia dengan mudah mengeja angka tersebut.
Ada saat ketika dia duduk dengan manis dibangku, teman sebelahnya, yang juga perempuan, menaikkan kedua kakinya ke atas meja. Dengan santai dan tetap melihat ke depan, Putri pun menurunkan kaki temannya. Rupanya pelajaran sopan santun tertanam kuat pada dirinya. Ketika temannya mencoba untuk menaikkan lagi kakinya, baru Putri menoleh untuk memperingatkan temannya agar tidak mencoba mengulanginya lagi. Dan hebatnya, temannya menurut apa kata Putri. Hah, kecil-kecil sudah mampu mengendalikan teman sebaya.
Saatnya bagi Putri untuk pulang. Di kelas, Putri menjadi anggota dalam kelompok apel. Setelah membaca doa untuk pulang dan menyanyikan lagu sayonara dalam tiga bahasa (saya kesulitan untuk mengikutinya), maka bu guru di kelas Putri berkata:
“Anak-anak, siapa yang paling rapi di tempat duduk, maka akan pulang duluan!”
Putri pun langsung melipat kedua tangannya diatas meja, dan dengan menoleh kesampingnya, dia meminta temannya agar mengikuti dia, duduk tenang dan melipat kedua tangannya. Setelah Ibu Guru menunjuk angka dipapan tulis sekali lagi, dan diikuti oleh teriakan anak-anak menyebutkan angka tersebut, maka:
“Apel.....” kata bu guru yang disambut dengan teriakan “YES” sambil mengepalkan tangan oleh Putri dan teman-temannya. Meraka pun maju ke depan kelas untuk salim pada bu guru serta mencium tangan bu guru.
Saya pun segera menangkap tangan mungilnya yang montok. Dengan gembira dia menunjukkan uang sakunya yang masih tetap utuh, Putri tidak jajan.
“Beli mainan dulu....” kata Putri sambil berbelok ke lapak penjual mainan.
“Mainan apa?” tanyaku
“Itu....” sambil menunjukkan buku gambar kecil berwarna pink.
Saya pun segera mengambil buku tersebut dan menanyakan harganya pada penjual yang dikerbuti anak-anak TK, kawan-kawan Putri. Setelah membayar, saya mengajak Putri pulang.
“Ga mau pulang, ke rumah Budhe saja....” katanya sambil naik ke atas motor.
“Kan Putri belum ganti baju, dan juga tidak bawa susu. Putri mau nanti sebelum tidur tidak minum susu?” kataku
Putri pun diam saja, dan setelah sampai dirumahnya, Putri segera turun dari motor .
“Ayo, seragamnya dilepas, ganti baju dulu, baru kerumah Bu Dhe.” Kataku sambil menangkap tangannya. Putri sudah bersiap-siap untuk lari bersembunyi. Segera dia menghentikan langkahnya dan berdiri dengan diam ketika seragamnya saya buka. Belum selesai mengganti bajunya, Putri sudah berlari dan menghilang dari pandangan.
“Put, jadi ikut kerumah Bu Dhe nggak? Kalau tidak cepat-cepat ganti baju, Budhe tinggal lho!” ancamku
Dan berhasil,
“Hi... hi... hi... hi.... Budhe, ayo cari Putri ada dimana....” katanya sambil terkikik geli. Suara dari dalam dapur. Dia senang bisa mengerjai saya.
Segera saya menuju ke dapur,
“Putri dimana ya?” kataku sambil pura-pura mencari.
“Hi.... hi.... hi... hi... ayo Bu Dhe, cari Putri ada dimana....” kata Putri dari bawah tangga.
Saya pun berjingkat ke sisi yang satunya supaya Putri tidak tahu kalau dia sudah saya temukan.
“Nah, sekarang Putri tertangkap ....” kataku sambil mendekap Putri dari belakang.
“Ha... ha... ha... ha.... lepasin Bu Dhe, geli ini lho...” kata putri sambil tertawa terbahak-bahak. Ramailah suasana dirumah Putri.
“Tumben Putri mau tertawa, biasanya dia diam saja. Bahkan kutawari kue juga tidak mau.” Kata Ibuku sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Putri yang seperti bola bekel, meloncat kesana dan meloncat kesini dengan riang gembira.
“Ya sudah, bawa saja kerumahmu, kalau dirumah, Putri tidak mau makan kue, apalagi makan nasi. Cuma minum susu saja. Aku jadi kuatir Putri akan kekurangan gizi.” Kata Ibuku.
“Putri kan tau, neneknya sudah tidak kuat memasakkan sesuatu untuk lauknya, bu. Apalagi melihat Ibu berjalan dengan dipapah oleh Papa atau Mama nya, makanya dia merasa kasihan kalau merepotkan Ibu.” Kataku sambil mengelus-elus tangan Ibuku, yaitu neneknya Putri.
Putri sangat menyayangi neneknya, tapi dia tidak mau jika merepotkan nenek. Makanya dia hanya mau dibuatkan susu saja. Selain itu dia tidak mau. Bahkan untuk mengambilkan baju ganti di dalam almarinya, dia tidak mau minta tolong neneknya. Dia akan mengambil sendiri dengan cara memanjat almari. Untunglah, alamarinya sangat berat, hingga tidak akan jatuh walaupun Putri memanjatnya.
Setelah berhasil mengganti seragam sekolah Putri dengan rok yang bertali belakang, walaupun tak sampai lima belas menit kemudian talinya akan lepas dan menggantung disamping kanan dan kiri badannya, saya segera mengemas susu dan botolnya dalam tas yang suda saya bawa. Kami segera berpamitan dengan nenek Putri.
“Bu, saya pulang dulu. Biar Putri ikut kerumah saya.” Kataku sambil mencium tangan Ibuku.
“Jangan lupa, suapi makan ya. Kalau dia mau makan dirumah, pasti tak boleh kerumahmu setiap hari. Biar dirumah saja.” Kata Ibuku
“Biarkan saja bu, Putri bisa menemani saya dirumah. Dan rumahku juga jadi ramai kok.” Kataku sambil tersenyum. Memang, kalau berada dirumahku, Putri mau makan siang dengan apa saja yang ada, baik makan siang dengan nugget, telur goreng, ataupun dengan tempe goreng. Bahkan dia juga mau makan buah-buahan, seperti jeruk dan pear, yang sangat jarang dimakannya jika berada dirumah.
“Ayo Putri salim dulu sama Nenek, bilang kalau mau pergi kerumah Budhe...”
“Nek, Putri mau main kerumah Budhe..” kata Putri sambil mencium tangan Ibuku
“Hati-hati dijalan ya, dan jangan nakal lho...” kata ibuku sambil mengantar kami sampai di depan pintu pagar.
_--------------_
“Bu Dhe, Putri lapar, mau makan...”
“Nuggetnya sudah habis, Budhe belum sempat beli. Mau makan pake apa? Telur campur atau tempe kriuk?” kataku
Telur campur adalah telur ayam yang berbumbu garam dan sedikit gula yang dicampur dengan mengocok lepas, kemudian digoreng dengan sedikit minyak. Sedangkan tempe kriuk adalah tempe yang dilumuri air garam kemudian digoreng hingga garing. Kedua lauk ini bagi Putri merupakan lauk favorit setelah nugget.
“Telur campur saja budhe, jangan terlalu asin lho...”
Segera saya memasak telur goreng. Rupanya bermain petak umpet dirumahnya membuat Putri sangat lapar, buktinya tak lama kemudian nasi dan telur goreng ludes tak tersisa.
“Bu Dhe, Putri mau es teh. Tolong buatin ya?” katanya sambil melihat televisi. Kebetulan film favoritnya sudah mulai, yaitu Franklin si kura-kura.
“Ditaruh gelas apa dibotol?”
“Botol...” jawabnya sambil merajuk
Setelah menghabiskan es tehnya, kembali Putri melihat film selanjutnya, hingga film Ninja Hatory.
“Setelah film ini, tidur ya....”
“Kan belum malam Bu Dhe, tuh langitnya masih berwarna putih, belum berwarna hitam, kok disuruh tidur.” Katanya sambil menengok jendela
“Memang, langitnya masih terang, belum gelap, tapi Putri juga sudah ngantuk, makanya harus tidur, namanya tidur siang.” Kataku sambil tersenyum. Saya tahu, Putri berusaha mencari alasan agar tidak usah tidur siang. Sayangnya, karena tadi sudah bermain hingga kecapekan, makanya sekaranng dia sudah mulai mengantuk. Matanya tampak sangat berat.
Setelah film Ninja Hatory selesai,
“Sekarang waktunya tidur siang, ayo segera ke kamar!” kataku sambil mematikan televisi.
“Buatin susu, Budhe....”
“Naik dulu ketempat tidur ya...”
Segera Putri melangkah dengan gontai ke kamar, tampaknya dia sudah sangat mengantuk. Setelah menghabiskan susunya,
“Ceritai Bu Dhe.....”
“Cerita apa?”
“Semut ....”
“Baiklah, dengarkan baik-baik ya...”
IMUT SI SEMUT HITAM
Dahulu kala, semut semut juga dapat berbicara seperti manusia. Selain semut, semua hewan dapat berbicara satu dengan lainnya. Gajah mengetahui bahasa harimau, semut tahu kata-kata gagak dan ular juga paham perkataan tikus. Semua hewan hidup dengan rukun dan damai. Tidak ada permusuhan dan perkelahian. Hutan menjadi rumah bagi kawanan hewan yang sangat ideal.
Suatu hari, ketika cuaca sedang mendung, ular yang selalu tidur diatas pohon dengan melingkarkan tubuhnya, terbangun karena suara ribut dari dalam pohon. Rupanya ibu tikus sedang melahirkan anak-anak yang lucu. Semua kerabat tikus ada didalam rumah pohon yang juga ditempati ular. Ularpun menjadi terganggu dan marah. Matanya merah dan lidahnya terjulur. Kemudian Ular pun mendesis dan merayap turun dari atas pohon.
“Apa yang terjadi hinggga kalian sangat ramai sekali?” kata ular dengan marah
“Oh maaf Tuan Ular, kami baru saja memperoleh anggota keluarga yang baru. Lihatlah, mereka cantik dan lucu-lucu.” Kata ketua Tikus
“Selamat, tapi aku harap mereka tidak mengganggu tidurku. Jika mereka mengganggu tidurku, maka aku bisa memakan mereka.” Kata ular sambil pergi, naik ke atas pohon kembali.
Malangnya, suatu hari yang cerah, anak-anak tikus bermain ditempat ular tidur. Bahkan mereka menggigit tubuh ular yang sedang tidur. Anak-anak tikus menyangka badan ular adalah dahan pohon yang biasa mereka gigit. Ular yang sedang tidur terbangun dan marah. Diapun berhasil menangkap salah satu anak tikus tersebut dan langsung menelannya. Anak-anak tikus yang lain menghabur kedalam lubang sambil menangis.
Orang tua tikus pun marah ketika mendengar anaknya ada yang dimakan ular. Tikus pun melaporkan pada raja hutan tentang kematian anaknya akibat ulah ular. Raja hutan mengadakan sidang yang dihadiri seluruh warga hutan. Setelah membacakan jalannya kejadian yang menimpa anak tikus, riuhlah seluruh warga hutan. Mereka terpecah menjadi dua kelompok, yang pertama mendukung keluarga tikus, yang kedua mendukung ular.
“Sidang saya tunda, menunggu hasil keputusan dari seluruh warga hutan.” Kata Singa
Esok hari datang, warga hutan kembali mengahadiri sidang tikus dengan ular. Setelah masing-masing kelompok berdebat dan saling mengeluarkan argumen dengan seru sepanjang hari, tetap saja belum menemukan keputusan yang tepat, siapa yang bersalah. Sidang pun ditunda kembali.
Hapir satu minggu berlalu, akan tetapi warga hutang belum memperoleh keputusan yang bulat. Mereka masih terpecah menjadi dua kelompok. Akhirnya, ketika matahari sudah semakin tinggi, Singa mengaum dengan keras dan menerkam rusa yang berdiri paling depan. Rupanya sidang kasus ular membuat semua warga hutan menjadi lapar, karena itu mereka saling memakan satu dengan lainnya. Suasana hutan menjadi sangat mengerikan. Yang kuat memangsa yang lemah.
Koloni semut berhasil melarikan diri dan bersembunyi dibalik batu maupun didalam tanah. Ketua dari semut berpidato pada rakyatnya:
“Wahai seluruh warga semut. Kita merupakan warga hutan yang paling lemah. Kita tidak punya senjata seperti hewan lainnya. Gajah mempunyai tubuh dan kaki yang besar serta gading yang tajam. Ular mempunyai gigi dan bisa yang mematikan, singa mempunyai cakar dan gigi yang tajam. Bahkan burung pun dapat terbang dan mempunyai paruh yang sangat tajam. Oleh karena itu, kita harus bersatu dan saling tolong menolong. Kita harus rajin bekerja agar ketika musim hujan datang, kita tidak kelaparan.ibarat kata pepatah, ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Demikin saudaraku sekalian, selamat bekerja dengan riang dan giat selalu.”
Semua warga semut pun bersorak. Mereka kembali bekerja dengan giat. Sayang, ada salah satu semut yang tidak mau bekerja. Dia hanya bermalas-malasan saja. Imut namanya. Dia merupakan semut hitam yang kecil. Selain malas bekerja, Imut suka mengganggu temannya.
Suatu hari ditepi hutan,terdapat tanaman jagung yang sedang berbuah. Buahnya sangat lebat dan besar-besar. Salah satu semut menemukan tempat tersebut, dan memberitahu semua semut agar segera memanen jagung tersebut. Dia kuatir jika hewan lain mengetahui, maka jagung tersebut akan segera habis.
Semua semut keluar dari sarangnya, dan berbaris mengangkut bulir-bulir jagung yang sudah masak. Semua semut? Ternyata ada satu semut yang tidak ikut bekerja.Yup, Imut si semut hitam mungil. Dia justru duduk bermalas-malasan melihat teman dan keluarganya bekerja. Sesekali dia melempat kerikil ke arah semut kecil yang terlihat kepayahan mengangkut jagung. Akibatnya, semut itu jatuh tertimpa jangung yang dibawanya. Bukannya menolong, Imut tertawa terbahak-bahak,
“Ha... ha... ha.... makanya, badan kecil jangan bawa yang berat-berat.... ha... ha... ha....” kata Imut sambil makna kacang yang tumbuh didekat sarangnya.
Cuaca diluar mulai mendung. Tampaknya musim panas telah berlalu, diganti dengan musim hujan. Pada awal musim hujan, imut masih bisa mendapat makanan dari sekitar tempat tinggalnya, akan tetapi ketika hujan semakin sering turun dan cuaca selalu mendung, menyebabkan biji-bijian yang biasa Imut makan menjadi membusuk atau jatuh terbawa oleh air hujan. Imut jadi kesulitan mendapat makanan. Imut mulai mengetuk rumah-rumah tetangga. Akan tetapi semua semut berniat memberi pelajaran pada Imut agar mau bekerja, sehingga tidak ada satu semutpun yang mau memberikan makanan pada Imut.
Perut Imut mulai berbunyi lagi. Sudah dua hari Imut tidak mendapat makanan. Dengan sedih, Imut berjalan keluar dari sarang. Langkahnya agak sempoyongan karena menahan lapar. Tanpa sepengetahuan Imut, dibelakangnya ada semut kecil, yang sering diganggu Imut, membututi Imut. Semut kecil ini kuatir jika Imut mendapat celaka. Benar saja, baru beberapa meter Imut keluar dari sarang, Imut sudah tidak kuat dan jatuh pingsan. Semut kecil pun segera membawa Imut kedalam rumahnya. Dengan telaten dia merawat Imut.
“A... aku dimana?” kata Imut sambil memegang kepalanya
“Kamu ada dirumahku. Sudah dua hari kamu pingsan karena kelaparan.” Kata semut kecil
Imut pun segera bangun dan menyalami semut kecil untuk mengucapkan terima kasih.
“Aku berjanji akan giat bekerja supaya jika musim hujan tiba, maka aku tidak akan kelaparan lagi.” Janji Imut.
Semua semut yang berada di rumah semut kecil pun bersorak dan menjabat tangan Imut. Ketua semut kembali berpidato,
“Wahai warga semut sekalian, hari ini merupakan hari yang bersejarah bagi kita. Teman, sahabat dan keluarga kita telah kembali menjadi semut sejati. Dialah Imut. Dia sudah berjanji akan giat bekerja. Mulai saat ini, kita harus saling memberikan semangat agar giat bekerja. Maka dari itu, setiap kita bertemu dijalan satu dengan lainnya, maka kita harus bersalamanan, menanyakan kabar dan salaing memberikan semangat agar kita giat bekerja. Setuju?”
“Setuju....”
Nah, mulai saat itu, setiap semut berpapasan dengan sesama semut, mereka akan bersalaman dan saling memberikan semangat agar giat bekerja. Dan semut selalu bekerja bersama-sama dalam mengumpulkan makanan.
“Nah, ceritanya sudah selesai, sekarang saatnya bagi Putri untuk tidur.” Kataku
“ Wah, ceritanya seru sekali, Budhe. Putri mau menjadi seperti semut yang giat bekerja.” Kata Putri dengan mata mulai redup.
“Eh iya, baca doa dulu dong...”
“Baik Budhe, bismika Allahumma ahya wa amut.” Kata Putri sambil merem.
Saya pun membetulkan letak bantal, guling dan menyelimutinya. Kemudian saya mengecup pipi Putri yang bulat. Terdengar dengkuran pelan Putri, tanda bahwa Putri telah pulas.
Jumlah kata: 2.508
cerita nya bagus bagus.. cocok buat dongen sebelum tidur
BalasHapusMasih banyak yang belum diceritain, lagi sibuk persiapan lahiran jadi lom sempat buat tulisan lagi...thanks ya kunjungannya...
HapusJackpotCity Casino - Mapyro
BalasHapusFind JackpotCity Casino road conditions, 파주 출장마사지 free parking, Address: 3185 Main St, 고양 출장마사지 New 통영 출장마사지 London, 정읍 출장샵 London, Address: 3185 Main St, New London, London, London, Address: 3185 Main 공주 출장안마 St, New London, London,